Jumat, 22 Februari 2019

CARA PALING AWAL MEMPELAJARI AL-QURAN



Belum lama ini, saya mendapati tulisan terjemahan dari sesama rekan FB, Herry Mardian, soal membaca Al-Quran bagi pemula. Tepatnya, “Cara Paling Awal Mempelajari Al-Quran”, terjemahan dari tulisan Syekh Ragip Fragen. Sang Syekh menuturkan ilmu yang diajarkan oleh gurunya, Safer (Muzaffer) Effendi, mengenai cara-cara paling dasar untuk mempelajari Al-Qur’an. Sang guru mengajarinya untuk membiasakan diri mencari ayat-ayat yang memiliki makna khusus untuknya.

“Biarkan matamu melihat-lihat Quran, halaman demi halaman. Namun, ketika ada ayat tertentu yang terasa melompat dari kertas dan tampil mendekat ke matamu, tulislah,” sang guru berpesan.

“Bacalah hingga kau sampai pada ayat yang menyentuh hatimu. Lalu lewatkan beberapa waktu dengan ayat tersebut. Jika bisa, bacalah arabnya terlebih dahulu untuk dirimu karena ada berkah ketika kau mendengarkan kalimat-kalimat asli Al-Quran –apalagi kalimat-kalimat itu adalah kalimat-kalimat Allah untuk manusia. Lalu, bacalah artinya dalam bahasamu. Perlahan-lahan, nikmati, dan teguk kalimat-kalimat suci itu. Biarkan ayat-ayat itu tenggelam ke dalam dirimu.

“Perhatikan apa saja yang paling menyentuh hatimu di ayat itu. Apa di sana ada sebuah frase atau kata yang sangat menyentuhmu? Tuliskanlah frase itu atau kata tersebut. Lukiskan bagaimana frasa atau kata itu menyentuhmu dan apa maknanya bagimu saat itu.

“Kelak kau bisa melihat lagi apa yang kau tuliskan. Kau mungkin akan menemukan hal-hal atau makna-makna baru saat itu ketika kau membaca lagi ayat tersebut. Ini adalah tanda bahwa ada sesuatu dalam dirimu yang telah tumbuh dan kau sudah mampu memahaminya sedikit lebih dalam.

“Beginilah cara belajar yang sesungguhnya, bukan belajar cepat-cepat untuk menyelesaikan kuliah sebagaimana umumnya dalam system pengajaran Barat.  Dalam cara belajar seperti ini, kita membaca, lalu kita merenungkan, mengontemplasikan diri kita pada apa yang sudah kita pelajari. Sebagaimana kata Rasulullah, Sesaat tafakur lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”

(Source: “MENGIKAT MAKNA SELAMANYA” Halaman 122 – 124)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar