Setengah abad lalu, psikolog dari
Universitas Michigan Clyde Coombs mengembangkan sebuah teori risiko yang
inovatif. Di pasar saham, jika hendak melakukan investasi yang berisiko, Anda
melindungi diri dengan bermain aman di investasi lain. Coombs berpendapat,
dalam kehidupan sehari-hari, orang sukses melakukan hal yang sama terhadap
risiko, dengan cara menyeimbangkannya dalam bentuk sebuah portofolio. Saat menghadapi
bahaya di satu bidang, kita mengurangi tingkat risiko secara keseluruhan dengan
barhati-hati di bidang lain.
Portofolio risiko menjelaskan
mengapa orang kerap menjadi orisinal di salah satu bagian kehidupan sementara
tetap sangat konvensional di bagian lain. Pemain bisbol Branch Rickey membuka
kesempatan bagi Jackie Robinson untuk mendobrak batasan warna kulit, tetapi
menolak pergi ke lapangan di hari Minggu, mengucapkan kata-kata kotor, maupun
menyentuh alkohol. Mahakarya T.S. Eliot, The
Waste Land, telah dianggap sebagai salah satu puisi paling signifikan di
abad ke-20. Namun, setelah mempublikasikannya pada 1922, Eliot tetap bekerja di
bank sampai 1925 karena menolak gagasan untuk menanggung risiko profesional. Seperti
yang diamati oleh novelis Aldous Huxley setelah berkunjung ke kantornya, Eliot
adalah “pegawai bank yang paling tulen di antara pegawai bank lainnya.” Setelah
akhirnya keluar dari pekerjaan tersebut, Eliot masih tidak berusaha sendiri. Ia
menghabiskan empat puluh tahun berikutnya bekerja di sebuah perbit demi
stabilitas hidup dan menulis puisi di sela-sela waktunya. Seperti komentar
pendiri Polaroid, Edwin Land, “Tak seorang pun benar-benar bisa orisinal di
satu bidang, kecuali ia telah memiliki kestabilan emosi dan sosial yang berasal
dari sikap yang tetap di semua bidang lainnya di luar bidang tempat ia menjadi
orisinal.”
Namun, bukankah pekerjaan tetap
ini mengganggu kita sehingga tidak dapat mengerahkan usaha terbaik kita? Akal
sehat menyatakan bahwa pencapaian kreatif tak mungkin terjadi tanpa waktu dan
energi besar, dan perusahaan tak dapat bertahan tanpa usaha intensif. Asumsi tersebut
mengabaikan manfaat utama portofolio risiko seimbang: Rasa aman di satu bidang
memberikan kebebasan menjadi orsinal di bidang lain. Dengan memenuhi kebutuhan
dasar secara finansial, kita bebas dari tekanan mempublikasikan buku setengah
jadi, menjual karya seni jelek, atau mendirikan usaha yang tak teruji. Ketika Pierre
Omidyar membangun eBay, itu hanya sekadar hobi. Ia tetap bekerja sebagai
pemrogram selama 9 bulan berikutnya. Ia baru meningglakan pekerjaan tersebut
setelah pasar online-nya memberikan penghasilan lebih besar daripada gaji pekerjaan.
“Pengusaha terbaik bukanlah yang memaksimalkan risiko.” Cofounder dan CEO
Endeavor, Linda Rottenberg, mengamati berdasarkan pengalaman puluhan tahun
melatih banyak pengusaha besar dunia, “Mereka menghilangkan risiko dari
pengambilan risiko.”
Mengelola portofolio risiko
seimbang tak berarti selalu berada di tengah spektrum dengan mengambil risiko
sedang. Sebaliknya, orang orisinal selalu mengambil risiko ekstrem di satu
bidang dan mengimbanginya dengan kehati-hatian ekstrem di bidang yang lain. Di usia
dua puluh tujuh tahun, Sara Blakely memunculkan gagasan membuat stoking tanpa
kaki. Ia mengambil risiko besar dengan menanamkan seluruh tabungannya sebesar
5000 dolar. Untuk menyeimbangkan portofolio risiko, ia tetap bekerja
purna-waktu sebagai penjual mesin faks selama dua tahun, menghabiskan malam
hari dan akhir minggu membuat prototipe dan berhemat dengan menulis surat
pengajuan paten sendiri tanpa membayar ahli hukum. Setelah akhirnya meluncurkan
Spanx, ia menjadi miliarder termuda dunia. Seabad sebelumnya, Henry Ford mulai
membangun kerajaan otomotifnya sambil tetap bekerja sebagai kepala insinyur di
Thomas Edison, sehingga memberikan keamanan yang dibutuhkannya untuk mencoba
penemuan-penemuan baru untuk mobil. Ia terus bekerja pada Edison selama dua
tahun setelah mambuat karburator dan setahun sesudahnya menerima hak patennya.
Kemudian, bagaimana dengan Bill
Gates, yang terkenal keluar dari Harvard untuk merintis Microsoft? Ia menjual
program piranti lunak baru saat di tingakt dua, dan menunggu setahun penuh
sebelum akhirnya berhenti kuliah. Bahkan itu pun ia tak benar-benar keluar,
tetapi menyeimbangkan portofolio risiko dengan mengajukan cuti formal yang disetujui
pihak universitas serta meminta orangtua membiayainya. “Bill Gates sama sekali
bukan salah satu pengambil risiko terbesar di dunia,” catat pengusaha Rick
Smith, “melainkan mungkin lebih tepat dianggap sebagai salah satu penekan
risiko terbesar di dunia.”
(Source : ORIGINAL page 37-39)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar