Minggu, 20 Desember 2015

Bukan Passive Income tetapi Kecintaan pada Bisnis

ADA pemahaman yang berkembang di kalangan para pengusaha baru yang perlu diluruskan. Di antaranya adalah pemahaman bahwa, sebuah bisnis yang berhasil adalah yang bisa running by it self. Berjalan menggunakan sistem otomatis dan Anda tidak perlu hadir di dalamnya.

Pengusaha membayangkan untuk bisa jalan-jalan keluar negeri menikmati liburan selama satu bulan, kemudian setelah pulang penghasilan bisnisnya justru naik, tanpa harus lelah berpikir. Luar biasa sekali! Mungkin hal ini bisa di beberapa jenis bisnis, misalnya MLM (Multi Level Marketing), namun hal ini tidak bisa digeneralisasi demikian. Dan secara umum teori yang memiliki nama umum Passive Income  ini tidak bisa dijalankan.

Konsep ini pernah saya baca di beberapa buku best seller dunia. Saya tidak ingin menyangkal konsep ini, tapi coba kita pikir ulang dan lihat realitas di lapangan, agar mimpi yang terlalu indah tersebut tidak justru menyesatkan kita dan agar kita tidak terlalu menganggap enteng bisnis. Bisnis itu sulit, bahkan sangat sulit, perlu banyak pemikiran, inovasi, dan kerja keras!

Perkembangan bisnis secara umum itu terbagi dua, pertama adalah bisnis yang baru dimulai, usianya di bawah lima tahun. Usia bisnis di bawah 5 tahun biasanya belum melampaui titik stabil, sehingga masih memerlukan perhatian ekstra dari pemilik bisnisnya. Kehadirannya secara langsung dalam bisnis lebih intensif sangat diperlukan.

Kedua adalah bisnis yang sudah melampaui masa 5 tahun. Bisnis ini sudah matang sehingga relatif lebih stabil. Bisnis ini sudah melalui masa kritis di 5 tahun masa pertumbuhannya. Bisnis yang sudah melampaui masa  5 tahun biasanya sudah memiliki tim yang profesional, sistem yang bisa dijalankan dengan baik, memiliki pelanggan serta operasional cash flow  (OCF) yang positif (artinya untung).

Namun, baik bisnis yang berusia kurang dari 5 tahun maupun lebih, tidak pernah bisa sama sekali terputus dengan pemilik bisnisnya. Bisnis di atas 5 tahun, mungkin tidak memerlukan keterlibatan pemilik secara operasional untuk melaksanakan hal-hal yang sifatnya teknis. Namun controlling itu tidak bisa diabaikan sama sekali. Pemilik harus tetap melakukan pengawasan dan pengontrolan.

Konsep passive income, seolah-olah sebuah fase keberhasilan yang menjadi target para pengusaha baru. Mengapa mereka ingin passive income? Karena mereka ingin santai tanpa bekerja, tetap dapat uang. Ide ini bisa jadi cemerlang, tapi menunjukkan adanya kesalahan persepsi bagi penganutnya.

Apa yang salah? Coba kita telusuri. Mengapa orang ingin passive income? Karena mereka tidak ingin capek bekerja keras dalam bisnisnya. Mengapa mereka ingin menghindari bisnis yang active? Karena mereka berpikir bahwa bisnis yang active  itu akan selalu capek, menyita energi dan waktu. Mending passive tapi tetap dapat uang.

Inilah letak kesalahpahamannya, karakter capek bekerja dan ingin segera keluar dan terbebas dari pekerjaan, itu karakter karyawan, bukan karakter entrepreneur. Seorang entrepreneur dituntut untuk mencintai bisnisnya. Dan para entrepreneur sejati, mereka sangat menyukai bisnisnya. Bagaimana mereka berpikir untuk meninggalkan sesuatu yang sangat dia sukai?

Bill Gates misalnya, saat dia masih aktif dalam bisnisnya pernah mengatakan. “Tiada hari tanpa memikirkan Microsoft”. Mengapa dia mengatakan demikian? Karena dia menyukainya. Bahkan, dia pernah ditanya oleh mahasiswa Harvard University (tempat dia pernah kuliah S2 tapi di-drop out), mahasiswa bertanya.

“Tuan Bill Gates, bukankah Anda sudah sangat kaya, mengapa Anda setiap hari masih mau pergi ke kantor?”. Bill Gates kaget dengan pertanyaan itu, dia menjawab, “Bagaimana saya meninggalkan sesuatu yang sangat suka mengerjakannya?”.

Keinginan untuk passive dalam bisnis atau pensiun dari bisnis tapi tetap dapat penghasilan, itu muncul dari kenyataan bahwa banyak para pebisnis yang capek. Mereka capek mengoperasikan bisnisnya siang dan malam sehingga kehidupannya tergadai.

Inilah yang membedakan sebenarnya, yakni antara Business Operator dan Business Owner. Dalam bisnis, jika Anda tidak berhasil melakukan pendelegasian dengan memanfaatkan leverage (daya ungkit) yang ada, maka Anda akan lelah. Namun sebaliknya, jika Anda berhasil menciptakan sistem yang bagus, manajemen yang solid, culture business yang kondusif, maka sebagian pekerjaan Anda bisa diselesaikan oleh anak buah Anda.

Namun tetap saja, ada hal-hal yang tidak bisa Anda wakilkan. Dan jika hal-hal khusus yang seharusnya tidak Anda wakilkan tadi ternyata Anda wakilkan juga, maka tunggulah saatnya bisnis Anda akan diambil oleh anak buah Anda.

Apapun bisnis Anda, berapapun usianya, Anda harus tetap terhubung (engage) dengan bisnis tersebut. Secanggih apapun sebuah pesawat yang punya sistem otomatis, tetap memerlukan pilot.

(Source: M.kaltimpost.co.id/berita/detail/41534/mungkinkah-bisnis-bisa-berjalan-tanpa-anda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar