Berikut adalah profile dan prospek beberapa perusahaan yang menjadi tempat investasi ku melalui Sinarmas Sekuritas sebagai pelaksana perdagangan sahamnya,
1. PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS)
Setelah mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia, Rabu (9/5), PT Bank BRI Syariah Tbk merencanakan berbagai ekspansi guna menambah penyaluran pembiayaan dan menempatkan perusahaan dalam kategori bank Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III.
Melalui hajatan Initial Public Offering (IPO), perusahaan yang memiliki kode saham BRIS ini berhasil memperoleh dana hasil IPO sebesar Rp 1,34 triliun.
Direktur Utama BRI Syariah Moch. Hadi Santoso mengatakan dana segar yang diperoleh dari IPO akan digunakan sebagai modal ekspansi di tahun ini. Dana IPO sebesar 80% akan digunakan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. Hadi berharap penyaluran pembiayaan bisa tumbuh 15%-17% di tahun ini.
Untuk jangka pendek, Hadi mengatakan BRIS akan fokus menyalurkan pembiyaan pada segmen komersil dan turunannya. Hal ini dilakukan untuk mengangkat Financing to Deposit Ratio (FDR). Sementara, di saat bersamaan dan untuk jangka panjang, BRIS juga akan fokus pada segmen consumer banking.
Di tengah gencar berekspansi menyalurkan pembiayaan, Hadi mengatakan BRIS akan melakukan pemetaan untuk menurunkan Non Performing Financing (NPF), salah satunya dengan meningkatkan pencadangan. "Kita sudah membentuk cadangan yang cukup, perusahaan juga telah membentuk badan bernama Special Asset Management," kata Hadi, Rabu (9/5) di BEI.
Sekadar informasi, BRIS berhasil catatkan penurunan NPF.
Indriati Tri Handayani Sekretaris Perusahaan BRI Syariah mengatakan NPF BRIS per kuartal I-2018 sebesar 4,10%. Angka tersebut lebih rendah dari NPF di akhir tahun 2017 yang sebesar 4,71%.
Selanjutnya, dana hasil IPO sekitar 12,5% akan dilakokasikan untuk mengembangkan sistem teknologi informasi. "Pengembangan jaringan diutamakan untuk kolaborasi dengan induk Bank BRI," kata Wildan Direktur Bank BRI Syariah.
Sebelumnya, BRI Syariah telah mengembangkan layanan BRIS Online sebagai one stop digital service. Aplikasi BRIS Online memungkinkan nasabah untuk melakukan transfer dan pembayaran berbagai tagihan. Nasabah juga bisa melakukan pembelian maupun pembayaran tiket, top up pulsa, token listrik, Go-Pay, dan Tokopedia. Hadi mengatakan pengembangan IT akan terus dilakukan untuk memberikan layanan yang semakin berkualitas kepada nasabah.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan kini aplikasi BRIS Online telah digunakan sekitar 300.000 nasabah. "Kita ingin memiliki IT best practice untuk bisa melihat kebutuhan di lima tahun ke depan, itulah kenapa dana IPO juga dipakai untuk pengembangan IT," kata Haru.
Selanjutnya, sebesar 7,5% dana IPO juga digunakan untuk pengembangan jaringan kantor cabang dari Sabang hingga Merauke. Haru mengatakan pengembangan jaringan ini akan dikembangan dengan sistem sinergi bersama induk.
Haru mengatakan Bank BRI sebagai induk siap untuk membuka outlet konvensionalnya sebagai kantor layanan syariah. "Ini bentuk dari beauty of sinergi, jadi dimanapun dibutuhkan tidak harus semua kantor cabang BRI Syariah berdiri sendiri," kata Haru.
Ekspansi besar yang BRIS coba dicapai di tahun ini adalah menempatkan BRI Syariah dalam kategori BUKU III. "Kekuatan modal kami yang akan didukung dari dana hasil IPO serta laba perusahaan di tahun 2018 dapat menempatkan BRI Syariah dalam bank kategori BUKU III," kata Hadi. Tercapainya hal ini bisa memberi kemudahan dalam pengembangan produk dan jaringan.
Haru yakin BRIS bisa sampai BUKU III di akhir tahun 2018 atau Januari 2019. Haru menjelaskan modal yang dibutuhkan untuk capai BUKU III sebentar lagi akan terkumpul. Rinciannya, BRIS membutuhkan dana Rp 5 triliun untuk capai BUKU 3. Saat ini, pengumpulan modal BRIS dari organik dan dana hasil IPO mencapai Rp 4,8 triliun. Sisa Rp 200 juta Haru katakan akan didapatkan dari akumulasi laba yang ditahan selama tahun ini. "Jadi bukan sesuatu yang sulit untuk bisa ke BUKU 3 karena dari laba yang dihasilkan di 2018 bisa mencukupi," kata Haru.
Hadi menambahkan melalui dana segar dari IPO ini, selain untuk memperkuat modal perusahaan, dana IPO juga akan digunakan untuk mempraktikkan aksi Good Corporate Governance (GCG) sebagai upaya meningkatkan menajemen risiko. "Kami telah berhijrah menjadi perusahaan publik maka GCG harus dijalankan secara konsisten agar dapat membawa berkah dan menjaga amanah kepada seluruh masyarakat serta stakeholders perusahaan," kata Hadi.
(Source: Investasi.kontan.co.id)
2. PT Dafam Property Indonesia Tbk. (DFAM)

PT Dafam Property Indonesia Tbk (DAFAM) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi ini (27/4/2018). DAFAM merupakan perusahaan ke-8 yang go publicpada tahun ini dari 573 emiten total di BEI.
Pada pencatatan saham perdananya ini, saham emiten berkode DFAM ini melejit 69,57 persen atau 80 poin ke Rp 195.
Dalam penawaran saham perdana (Innitial Public Offering/IPO), perseroan melepas 400 juta saham baru atau setara dengan 25 persen modal disetor setelah IPO dengan nilai nominal sebesar Rp 100 per saham dan ditawarkan pada harga Rp 115 per saham.
Dafam Indonesia Property juga menerbitkan 300 juta Waran Seri I dengan harga Rp 143 per saham sebagai insentif dengan perbandingan 4 saham baru berhak memperoleh 3 waran.
"Selamat datang di BEI dan bertambah lagi jumlah perseroan yang tercatat di bursa. Kini Anda semua bisa membeli maupun menjual saham perusahaan. Semoga perusahaan properti ini dapat berkontribusi ke Indonesia dengan tentunya melihat aturan-aturan main yang clear di pasar modal," tutur Direktur BEI Samsul Hidayat saat membuka IPO tersebut.
Sementara itu, Direktur Utama Perseroan Billy Dahlan mengharapkan akan semakin banyak perusahaan dari Jawa Tengah yang semangat mencatatkan saham perdananya di pasar modal.
"Saya berterima kasih pada semua stakeholder dan teman-teman semua atas dukungannya. Harapannya semoga perseroan bisa memberikan inspirasi bagi pemuda khususnya perusahaan lain di Jawa Tengah sehingga bisa melantai di bursa. Ini momentum bagi perseroan untuk tumbuh besar dan besar lagi," ujarnya.
Dafam Property Indonesia berencana akan menggunakan seluruh dana IPO sebanyak 91,25 persen untuk pembelian lahan dan selebihnya akan digunakan sebagai modal kerja. Dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I seluruhnya akan digunakan untuk pengembangan usaha.
Perseroan diketahui merupakan bagian dari Dafam Group dengan berbagai perusahaan di beberapa bidang bisnis seperti peternakan sarang burung walet, farmasi, mitra produk sigaret, lifestyle resto dan kafe, serta investasi lainnya.
Perseroan adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan properti mulai dari perumahan, bangunan komersial serta hotel dan resort. Perseroan juga melakukan kegiatan jasa pengelolaan hotel melalui entitas anaknya.
(Source: Liputan6.com)
3. PT Tridomain Performance Materials Tbk. (TDPM)

Perusahaan manufaktur produk petrokimia PT Tridomain Performance material Tbk. sedang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), dengan masa penawaran awal selama 7—9 Maret 2018.
Saat ini, 99,99% saham perusahaan dimiliki Royal Chemie Corporation Limited dan perseroan akan melepas 5,78 miliar saham atau setara dengan sebanyak-banyaknya 40% dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Perseoran memproduksi beberapa produk kimia jenis speciality resin, plasticizer, dan acrylamide. Tahun ini, perseroan akan fokus berekspansi produksi dan kapasitas, meluncurkan produk baru speciality resins, memperkuat ekspor dan kapasitas bisnis, serta pemasaran produk baru.
Dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan Tridomain Performance, perseroan memiliki beberapa keunggulan kompetitif. Pertama, perseroan merupakan produsen speciality resin yang terdiversifikasi, dengan total kapasitas produksi per tahun mencapai 94.000 metrik ton.
Kedua, posisi yang dominan di pasar. Perseroan merupakan satu-satunya produsen Acrylamide di Asia Tenggara, dan mengedepankan efisiensi dalam kegiatan operasional. Pangsa pasar untuk produk speciality resin nasional yaitu 18%.
Ketiga, perseroan memiliki kontrak-kontrak jangka panjang dengan sejumlah pelanggan. Keempat, fasilitas produksi perseroan sudah terintegrasi, sehingga efisiensinya sangat tinggi. Kelima, perusahaan mampu mengembangkan produk yang kuat di pasar.
Terakhir, Manajemen menyebut hambatan masuk pada industri kimia sejenis sangat tinggi dan mengharuskan investasi modal yang tinggi. Hal ini memungkinkan pemain industri kimia sejenis tidak banyak jumlahnya.
Adapun, dana hasil IPO akan digunakan 55%-nya untuk melakukan ekspansi usaha entitas anak yang meliputi modifikasi dan penambahan kapasitas produksi, sedangkan 45% sisanya akan digunakan perseroan untuk pemberian modal kerja anak untuk operasional pabrik yang berhubungan dengan produksi, seperti pembelian bahan baku.
Perseroan akan memiliki beberapa entitas anak yaitu, pertama PT Eternal Buana Chemical Industries (EBCI) yang kegiatan usaha utamanya adalah bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi produk kimia. Saat ini, EBCI merupakan produsen speciality resin.
Kedua, PT Eterindo Nusa Graha. Perusahaan yang berbasis di Gresik, Jawa Timur ini menjalankan usaha di bidang perdagangan, pembangunan dan industri kimia organik. Eterindo Nusa juga mengelola aktivitas pertanian, angkutan dan transportasi, dan usaha di lapangan pertambangan.
Ketiga, PT Tridomain Chemicals yang berkedudukan di Cilegon, yang aktivitas usahanya dalam bidang manufaktur dan perdagangan besar. Tridomain dapat memproduksi beberapa bahan kimia, dan turut mengimpor produk kimia.
Keempat, PT Petronika yang berkedudukan di Gresik, yang memiliki kegiatan usaha sebagai produsen Dioctyl Phthalate. Pabrik Petronika sudah beroperasi sejak 1984.
(Source: Market.bisnis.com)
4. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT)
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) pemilik merek Alfamart berencana memperluas ekspansi bisnisnya dengan menambah gerainya di Filipina. Induk perusahaan pemilik jaringan ritel Alfamart tersebut sudah memiliki 400 gerai di sana dan berencana menambahnya pada tahun ini.
"Untuk di luar negeri saat ini sudah ada di Filipina, ada 400 toko. Target tahun ini kurang lebih penambahannya 150 toko," ucap CEO Sumber Alfaria Trijaya Tbk Hans Prawira saat ditemui awak media di Hotel Shangri-La Jakarta, Senin (2/4/2018). Ketika ditanya soal kemungkinan berekspansi di negara lainnya lagi Hans menjawab masih dalam tahap eksplorasi dan fokus di Filipina. Menurut Hans, respon konsumen di Filipina terhadap keberadaan Alfamart cukup bagus. Hal itu kemudian diiringi dengan pertumbuhan dua digit untuk same store sales growth (SSSG) pada toko-toko yang sudah ada di sana. "Respon konsumen bagus, pertumbuhan sale store-ya juga masih sangat menarik. Ini seperti kita bicara Alfamart 10 tahun atau 12 tahun lalu yang masih enjoy dengan double digit SSSG," jelas Hans. Atas dasar itu, perusahaan berencana menambah jumlah gerainya di beberapa kota di Filipina. Pasalnya, saat ini toko-toko Alfamart di sana masih terpusat di Greater Manilla. Dengan begitu, Hans berharap keberadaan toko-toko baru Alfamart di Filipina bisa memberikan kontribusi besar bagi perusahaan laiknya toko-toko di Indonesia. "Sekarang belum terlalu signifikan karena baru 400 toko dan dari 400 toko itu kalau dibandingkan dengan di Indonesia sekarang ada 13.500 toko memang relatif masih kecil, tapi yang pasti kita senang dengan progresnya," tambah Hans. AMRT tahun ini bakal mengucurkan belanja modal sebesar Rp 2,3 triliun yang bakal digunakan di antaranya untuk membangun toko-toko baru di Indonesia. "Tahun ini kami ada rencana membangun 800 toko baru. 150 franchise dan 650 itu toko regional," pungkas Hans. (Source: Ekonomi.kompas.com)
5. PT Sky Energy Indonesia Tbk. (JSKY)
PT Sky Energy Indonesia Tbk. sedang melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Bagaimana profil calon emiten ini? Sky Energy merupakan perusahaan yang berusia 10 tahun. Didirikan pada 2008, Sky Energy awalnya merupakan distributor modul surya (photovoltaic) dann penyedia servis teknis untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pada 2009, Sky Energy bermitra dengan perusahaan teknologi asal Jepang, HItachi High-Technologies dan mendirikan pabrik modul surya (solar module) berkelas internasional di Bogor. Pada tahun yang sama, perusahaan tersebut mulai berpartisipasi pada proyek kelistrikan dan infrastruktur telekomunikasi pemerintah di area terpencil. Sejumlah proyek yang PLTS sudah dikerjakan Sky Energy, yakni PLTS Nagekeo-NTT 5 kWp, PLTS Yalimo-Papua 35 kWp, PLTS Intan Jaya-Papua 25 kWp, PLTS Wetar-Maluku 100 kWp, PLTS Gorontalo 15 kWp, PLTS Amarasi-NTT 15 kWp. Selain itu, PLTS PT Pertamina Plaju Palembang 9 kWp dan PLTS PT Nipress Tbk. di Bogor 100 kWp juga dikerjakan oleh Sky Energy Indonesia. Tak hanya PLTS, Sky Energy juga mengerjakan lampu jalan tenga solar panel di Lombok-NTB, Nunukan-Kalimantan Barat, Raja Ampat-Papua Barat, serta micro BTS di Serui-Papua. Selain berkiprah di dalam negeri, perusahaan yang memiliki 219 karyawan ini telah mengekspor modul surya ke Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Finlandia, dan Jerman. Pada Januari--September 2017, sekitar 36% pendapatan Sky Energy berasal dari ekspor. Hingga akhir tahun lalu, total aset Sky Energy diestimasi meningkat menjadi Rp448,58 miliar yang terdiri dari liabilitas Rp347,93 miliar dan ekuitas Rp106,61 miliar. Kinerja pendapatan dan laba calon emiten ini pun cenderung meningkat dalam 4 tahun terakhir. Berikut kinerja pendapatan dan laba Sky Energy pada periode 2014 hingga proyeksi 2017. Dalam aksi IPO ini, Sky Energy Indonesia menawarkan 204,25 juta saham baru kepada investor pada harga penawaran Rp375-Rp450 per saham. Periode penawaran awal (bookbuilding) akan berlangsung pada 8 Februari--28 Februari 2018. (Source: Market.bisnis.com)