“Ya, itulah sebuah ikhtiar di
jalan Allah, Yah... selalu ada rintangan dan ujian. Jika semua ikhtiar begitu
mudah kita jalani, rasanya percuma deh Allah menganugerahkan akal kepada kita
semua.” page 233
“Meski beragam pertanyaan dan
ketidakyakinan membayangiku, tapi pada hari-hari berikutnya aku malah sering
mengisi waktu luangku dengan menulis. Menulis apa saja yang bertaburan di dalam
kepalaku. Aku tak tahu akan diapakan, yang jelas aku hanya ingin menulis dan
meraih berkah Allah seperti buku yang aku baca. Sehabis shalat subuh, jam
istirahat kantor, atau malam ketika rasa kantuk belum datang menyergapku, aku
isi dengan menulis apa saja. Essay, cerpen, puisi hingga novel yang tak pernah
kucoba sebelumnya. Semoga benar, ada berkah-Mu dari apa yang kulakukan ini, ya
Rabb...” page 250
“Kami juga banyak berharap ini
berlaku di Indonesia, Ris. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, kami
yakin suatu saat akan muncul kekuatan besar yang menegakkan kembali Khilafah
Islamiyah, dan salah satunya adalah Indonesia...” page 443
“Naah, ini satu pelajaran buat
kita semua, sambung Pak Daja kemudian, bahwa di tanah suci ini, kita semua
memang harus yakin kalau kita sedang menjadi tamu Allah. Jadi, pasrahkan saja
pada Yang Mahakuasa agar kita bisa beribadah semaksimal mungkin...” page 500
“Wuquf di Arafah adalah perjamuan
suci yang sesungguhnya bagi setiap hamba untuk meleburkan semua salah dan dosa.” page 514
“Kamu sudah menikah, San? Tanyaku
saat itu. Belum..., katanya lagi, saya ingin membangunkan rumah untuk ibu saya
dulu di Pakistan. Ia orang tak punya dan saya anak sulung yang harus bertanggung
jawab untuk itu...” page 529
Tidak ada komentar:
Posting Komentar