Kamis, 16 Mei 2019

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN



Adapun yang kami maksud dengan “Agama” ialah ilmu (2:120) (Page xiii)

Jika yang dianggap benar hanya berdasarkan keadaan psikologi-subjektif seseorang, yakni yang berguna bagi kepentingannya sendiri, maka jelas kebenaran itu menjadi tak ada. (Page 4)

Mengakui syahnya suatu kebenaran mungkin menjadi sulit, sehingga kita memerlukan pergulatan batin yang hebat melawan hawa nafsu dan keinginan kita. (Page 6)

Rasa khawatir atau takut yang tak menentu, gelisah, kurang percaya diri, suka sakit-sakitan, malas dan sebagainya, semuanya itu menunjukkan jiwa berkarat. (Page 8-9)

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu bangsa, hingga mereka mengubah keadaan batin mereka” (13:11, 8:53) (Page 9)

Hal ini sesuai dengan asas penyiaran agama, yakni tukar fikiran dengan bebas dan ramah-tamah seperti diajarkan oleh Qur’an Suci (Page 18)

Sesuai dengan asas penggunaan akal dan hati nurani yang bebas merenungkan ajaran agama, maka yang dikehendaki Allah Ta’ala bukanlah taqlid buta, yakni menelan apa yang dikatakan orang lain, melainkan Ta’atun Ma’rifatun, ketaatan yang dibenarkan oleh akal dan hokum (24:53) (Page 28)

Perbedaan faham di antara umatku ialah rahmat. (Page 28)

Kritik itu ialah kehidupan ilmu pengetahuan. (Page 36)

Setiap sesuatu dari yang sekecil-kecilnya sapai yang sebesar-besarnya tunduk kepada hukum (55:5-7)

Setiap sesuatu yang hidup diciptakan dari air (11:7, 21:30, 24:45, 25:54)

Alam semesta menunjukkan adanya organisasi bukan kekacauan. (Page 55)

“Allah tidak membebankan suatu kewajiban di atas bahu sesuatu jiwa, melainkan sekedar kesanggupannya” (2:286, 6:153, 7:42, 23:62)

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu sekalian dan Dia tidak menghendaki kesukaran bagi kamu sekalian” (2:185)

“Rabb-ku jadikanlah ilmuku bertambah banyak” (20:114)

Wahyu yang pertama kali diterima Nabi Suci Muhammad, Qur’an Suci mengajarakan bahwa manusia dapat mencapai kemuliaan dengan perantara membaca dan menulis (96:1-5) (Page 78)

“Barang siapa pergi menuntut ilmu, dia ada pada jalan Allah hingga dia kembali” (Tirmidhi, 39:2)

“Dan ilmu itu dipelihara hanyalah dengan mengajar” (Bukhari, 3:10) (Page 80)

“Diantara tanda-tanda sa’ah (kebinasaan suatu bangsa) ialah bila ilmu dihapuskan dan kebodohan merajalela” (Bukhari, 3:21)

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim baik laki maupun perempuan” (Baihaqi-Miskat)

Selain itu, dapat kita tambahkan bahwa ajaran Qur’an Suci yang sifatnya mistis, dan mengandung anjuran agar mempelajari diri sendiri (30:8, 5:105, 3:119) untuk berusaha keras bertemu Allah (84:6) melalui pengalaman rohami (spiritual atau inner experiences) akan mustahil mendatangkan hasil yang nyata tanpa ilmu pengetahuan. (Page 86-87)

“Saya berharap tak lama lagi kita akan tiba di mana sekalian orang arif dan berpendidikan dari segala bangsa, dapat menerapkan system pemerintahan atas dasar prinsip-prinsip Qur’an. Karena hanya itulah yang benar, dan hanya itulah yang dapat membantu kita kepada kebahagiaan” Rom Landau (Page 115)

Ini berarti, baik agama maupun ilmu pengetahuan terikat oleh suatu kekuatan, yaitu Allah. (Page 149)

Dia (manusia) tinggal mengalahkan musuhnya saja yang paling akhir dan paling jahat, yaitu dirinya sendiri. (Page 159)

“Kepada Rabb engkaulah tujuan engkau” (53:42)

“Wahai manusia, sesungguhnya engkau harus berusaha keras (untuk sampai) kepada Rabb engku hingga engkau bertemu Dia” (84:6, 18:110)

“Pengalaman kegamaan yang sifatnya kosmis itu ialah motif atau pendorong yang paling kuat dan paling mulia untuk mengadakan penyelidikan ilmiah” Albert Einstein (Page 167)

“Keyakinan yang amat sangat emosional akan adanya suatu daya fikir yang luhur yang dinyatakan dalam semesta alam yang tak dapat difahami itu, merupakan pengertian saya tentang Tuhan” Albert Einstein (Page 167-168)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar