Adapun yang kami maksud dengan “Agama”
ialah ilmu (2:120) (Page xiii)
Jika yang dianggap benar hanya
berdasarkan keadaan psikologi-subjektif seseorang, yakni yang berguna bagi
kepentingannya sendiri, maka jelas kebenaran itu menjadi tak ada. (Page 4)
Mengakui syahnya suatu kebenaran
mungkin menjadi sulit, sehingga kita memerlukan pergulatan batin yang hebat
melawan hawa nafsu dan keinginan kita. (Page 6)
Rasa khawatir atau takut yang tak
menentu, gelisah, kurang percaya diri, suka sakit-sakitan, malas dan
sebagainya, semuanya itu menunjukkan jiwa berkarat. (Page 8-9)
“Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu bangsa, hingga mereka mengubah keadaan batin mereka”
(13:11, 8:53) (Page 9)
Hal ini sesuai dengan asas
penyiaran agama, yakni tukar fikiran dengan bebas dan ramah-tamah seperti
diajarkan oleh Qur’an Suci (Page 18)
Sesuai dengan asas penggunaan
akal dan hati nurani yang bebas merenungkan ajaran agama, maka yang dikehendaki
Allah Ta’ala bukanlah taqlid buta, yakni menelan apa yang dikatakan orang lain,
melainkan Ta’atun Ma’rifatun, ketaatan yang dibenarkan oleh akal dan hokum (24:53)
(Page 28)
Perbedaan faham di antara umatku
ialah rahmat. (Page 28)
Kritik itu ialah kehidupan ilmu
pengetahuan. (Page 36)
Setiap sesuatu dari yang sekecil-kecilnya
sapai yang sebesar-besarnya tunduk kepada hukum (55:5-7)
Setiap sesuatu yang hidup
diciptakan dari air (11:7, 21:30, 24:45, 25:54)
Alam semesta menunjukkan adanya
organisasi bukan kekacauan. (Page 55)
“Allah tidak membebankan suatu
kewajiban di atas bahu sesuatu jiwa, melainkan sekedar kesanggupannya” (2:286,
6:153, 7:42, 23:62)
“Allah menghendaki kemudahan bagi
kamu sekalian dan Dia tidak menghendaki kesukaran bagi kamu sekalian” (2:185)
“Rabb-ku jadikanlah ilmuku
bertambah banyak” (20:114)
Wahyu yang pertama kali diterima
Nabi Suci Muhammad, Qur’an Suci mengajarakan bahwa manusia dapat mencapai kemuliaan
dengan perantara membaca dan menulis (96:1-5) (Page 78)
“Barang siapa pergi menuntut
ilmu, dia ada pada jalan Allah hingga dia kembali” (Tirmidhi, 39:2)
“Dan ilmu itu dipelihara hanyalah
dengan mengajar” (Bukhari, 3:10) (Page 80)
“Diantara tanda-tanda sa’ah
(kebinasaan suatu bangsa) ialah bila ilmu dihapuskan dan kebodohan merajalela”
(Bukhari, 3:21)
“Menuntut ilmu itu wajib atas
setiap orang Muslim baik laki maupun perempuan” (Baihaqi-Miskat)
Selain itu, dapat kita tambahkan
bahwa ajaran Qur’an Suci yang sifatnya mistis, dan mengandung anjuran agar
mempelajari diri sendiri (30:8, 5:105, 3:119) untuk berusaha keras bertemu
Allah (84:6) melalui pengalaman rohami (spiritual atau inner experiences) akan
mustahil mendatangkan hasil yang nyata tanpa ilmu pengetahuan. (Page 86-87)
“Saya berharap tak lama lagi kita
akan tiba di mana sekalian orang arif dan berpendidikan dari segala bangsa,
dapat menerapkan system pemerintahan atas dasar prinsip-prinsip Qur’an. Karena hanya
itulah yang benar, dan hanya itulah yang dapat membantu kita kepada kebahagiaan”
Rom Landau (Page 115)
Ini berarti, baik agama maupun
ilmu pengetahuan terikat oleh suatu kekuatan, yaitu Allah. (Page 149)
Dia (manusia) tinggal mengalahkan
musuhnya saja yang paling akhir dan paling jahat, yaitu dirinya sendiri. (Page
159)
“Kepada Rabb engkaulah tujuan
engkau” (53:42)
“Wahai manusia, sesungguhnya
engkau harus berusaha keras (untuk sampai) kepada Rabb engku hingga engkau bertemu
Dia” (84:6, 18:110)
“Pengalaman kegamaan yang
sifatnya kosmis itu ialah motif atau pendorong yang paling kuat dan paling
mulia untuk mengadakan penyelidikan ilmiah” Albert Einstein (Page 167)
“Keyakinan yang amat sangat
emosional akan adanya suatu daya fikir yang luhur yang dinyatakan dalam semesta
alam yang tak dapat difahami itu, merupakan pengertian saya tentang Tuhan”
Albert Einstein (Page 167-168)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar