Berkat cahaya iman, manusia bisa naik menuju tingkatan a’lâ illiyyîn (yang paling tinggi) sehingga mendapatkan kedudukan penting yang membuatnya layak masuk surga. Sebaliknya, dengan gelapnya kekufuran manusia bisa jatuh ke tingkatan asfalu sâfilîn (yang paling rendah) sehingga berada di satu posisi yang membuatnya layak masuk neraka. (Page 2)
Sebagaimana iman merupakan cahaya yang menyinari manusia dan memperlihatkan seluruh tulisan Ilahi yang tertera padanya, ia juga menyinari seluruh alam. Ia menyelamatkan masa lalu dan masa yang akan datang dari kegelapan yang pekat. (Page 4)
Di samping merupakan cahaya, iman juga merupakan kekuatan. Manusia yang mendapatkan iman hakiki mampu menantang seluruh alam dan berlepas diri dari himpitan berbagai peristiwa. Dengan bersandar pada kekuatan imannya, ia bisa berlayar di atas bahtera kehidupan di tengah gelombang berbagai peristiwa yang dahsyat dengan aman dan selamat seraya berkata, “Aku bertawakkal kepada Allah.” (Page 9)
Iman membuat manusia menjadi insan sejati. Bahkan menjadikannya sebagai penguasa. Karena itu, tugas utamanya adalah beriman kepada Allah dan berdoa kepada-Nya. Sebaliknya, kekufuran membuat manusia menjadi binatang buas yang sangat lemah. (Page 11)
Sebagaimana iman menuntut doa sebagai sarana dan perantara antara mukmin dan Tuhan, serta sebagaimana fitrah manusia menginginkan doa, maka Allah juga menyeru manusia dengan perintah yang sama. (Page 15)
“Mintalah kepada-Ku, pasti Aku akan menjawabnya”. (QS. Ghâfir [40]: 60)
Manusia diutus ke dunia sebagai tamu dan petugas. Ia diberi sejumlah bakat dan potensi yang sangat penting. Karena itu, ia juga diberi berbagai tugas penting. Agar manusia dapat menunaikan tugasnya dan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuannya, ia diberi motivasi dan ancaman. (Page 41)
Ketahuilah dengan yakin bahwa tujuan penciptaan yang paling utama dan buah fitrah yang paling agung adalah “Iman kepada Allah”. (Page 49)
Sang Raja Diraja Yang Mahaagung telah membangun alam yang besar ini, terutama permukaan bumi, seperti wilayah yang saling terkait dalam jumlah tak terhingga. (Page 73)
Kreasinya pada jagat raya terlihat sebagai sebuah kitab, goresan-Nya pada manusia tampak sebagai sebuah pesan. Kreasi Sang Pencipta Yang Mahaagung di alam besar mengandung banyak makna yang Dia perlihatkan laksana kitab indah di mana hal itu mendorong akal manusia untuk mencari hikmah pengetahuan hakiki darinya serta menulis pustaka sesuai dengannya. Kitab indah dan penuh hikmah tersebut sangat terkait dengan hakikat yang ada dan merujuk kepadanya sampai-sampai ia disebut sebagai “al-Qur’an visual” penuh hikmah yang merupakan salinan dari kitab mubîn. (Page 74)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar