Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan. (Page ix)
Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. (Page 1)
Mendebarkan! Langit adalah kitab yang terbentang, kata Weh. (Page 9)
Orang Melayu bekerja keras sepanjang hidup, membanting tulang-belulang, berkeringat darah, berlumur cobaan berat, siapa yang menyerah tak dapat tempat di hati mereka. (Page 12)
Belitong menjelang malam, adalah semburan warna dari seniman impresi yang melukis spontan, tak dibuat-buat, dan memikat. Azan Magrib mengalir ke dalam rumah-rumah panggung orang Melayu, umat berduyun-duyun menuju masjid, menuju kemenangan. (Page 25)
Masjid, seperti oase bagi semua anak Melayu udik. Di sana, bukan sekadar tempat shalat dan mengaji, tapi tempat bermain dan membuat janji-janji. (Page 25)
Ternyata tabiat orang tak berhubungan dengan gelar yang disematkan kepadanya, bukan pula bagaimana ia menginginkan orang hormat kepadanya, tapi lebih pada berapa besar ia menaruh hormat kepada dirinya sendiri. (Page 27)
Mak Birah, seorang protagonis, amat menghargai kehidupan dan menganggapnya sebagai perayaan kebesaran Allah. (Page 33)
"Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi di Spanyol." Pak Balia (Page 34)
Arai yakin pada Jim Morrison, yakin pada Prancis, dan yakin pada pujaan hatinya Zakiah Nurmala, perempuan yang selama tiga tahun di SMA ditaksirnya, dan selama tiga tahun itu pula ia ditolak. Tak pernah kujumpai orang segigih Arai. (Page 35)
Sambil bekerja di kantor pos Bogor, aku melanjutkan kuliah. (Page 40)
Benar pendapat Ayah dulu, mereka yang berseragam tampak lebih pintar. (Page 40)
Oh, power is sweet. (Page 41)
Kami mengikuti tes beasiswa untuk sekolah strata dua ke Eropa. (Page 42)
Sejak kecil aku harus bekerja keras demi pendidikan, mengorbankan segalanya. (Page 42)
Aku gembira, berbulan-bulan kutekuni buku tebal yang runyam berjudul "FINANCIAL ECONOMETRICS", sebelum menyusun proposal risetku, ternyata ada gunanya. (Page 45)
Ayah adalah seorang family man. Sejak muda ia mengencangkan ikat pinggang, bekerja membanting tulang. Seluruh hidupnya tercurah hanya untuk istri dan anak-anaknya. Setiap tindak lakunya hanya untuk memberikan yang terbaik pada keluarga. (Page 48)
Jalanan adalah karya seni instalasi yang sempurna. Ia lurus, berhiaskan lampu dan bunga, menikung, menanjak, dan kadang-kadang buntu. Ia mengarahkan, meloloskan, menjebak, dan menyesatkan. (Page 55)
Jalan tempat berparade, pamer kejayaan, juga tempat menggelandang. Jalanan tempat lari dari kenyataan, tempat mencari nafkah. Orang hilir mudik di jalan, mereka bergerak indah, melamun, riang, dan berduyun-duyun, siapa mereka? Ke manakah mereka? (Page 55)
Jalanan seperti panggung dengan kemungkinan konfigurasi dekorasi yang amat luas. Semua kemungkinan seni dapat ditampilkan di jalanan. Seniman jalanan menghadapi tantangan seni terbesar. (Page 55)
Nasib kalian sial karena ketololan kalian sendiri! Atau, begitulah cara kalian orang Indonesia bekerja! Tak ada sistem! Tak bisa antisipasi! Tak efisien sama sekali! (Page 60)
Kawan, mimpi-mimpi telah melontarkan kami sampai ke Prancis. (Page 79)
Minggu berikutnya kami mulai matrikulasi dan terjebak dalam rutinitas yang hanya berisi tiga macam kejadian: kuliah, menonton pertunjukan seni, dan belajar di apartemen. Baru kali ini kutemui rutinitas yang tak membosankan, karena Paris adalah gelimang pesona. (Page 86)
Di sini!
Disaksikan pusaran Jim Morrison, kukatakan padamu!
Rampas jiwaku!
Curi masa depanku!
Jarah harga diriku!
Rampok semua milikku!
Sita!
Sita semuanya!
Mengapa kau masih tak mau mencintaiku?! (Page 94)
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, dan bangsa yang besar menurunkan sifatnya kepada warganya. (Page 107)
Pelajaran moral nomor sebelas: untuk mendapatkan wanita cantik, tapi bodoh, rupanya anda hanya perlu menjadi seorang provokator. (Page 113)
Kami menikmati daya tarik 'turning a friend into a lover', merubah teman menjadi kekasih, ternyata proses itu menyenangkan. (Page 127)
Universitas ini (Sorbonne) menawarkan padaku sebuah petualangan intelektualitas dengan kemungkinan-kemungkinan yang amat luas. (Page 129)
Setiap hari, selalu ada saja hal baru yang menggairahkan kuperoleh dalam bidangku. (Page 129)
Aku sangat gandrung pada ide-ide Adam Smith. Berulang kali kubaca bukunya yang fenomenal itu: 'An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations', sampai hafal beberapa bagian. (Page 130)
Delapan ratus tahun yang lalu tokoh visioner ini (Robert de Sorbonne), dengan kebijakan teologisnya, mendirikan Universitas Sorbonne demi kemaslahatan pengetahuan, demi memecahkan enigma ilmu. (Page 141)
Selama musim panas memang banyak orang membiayai perjalanan keliling Eropa dengan mengamen dari kota ke kota. (Page 154)
"Aaa, my man ... cinta adalah channel TV! Tak suka acaranya, raih remote-mu, ganti saluran, beres!" Katya (Page 158)
Selanjutnya, kami menikmati saat-saat 'turning back a lover into a friend', membalikkan lagi dari pacaran menjadi teman, rupanya, bisa juga menjadi indah. (Page 159)
Aku memasuki Groningen dengan perasaan seperti menghirup bau tengik buku-buku sejarah lama tentang kaum imperialis. (Page 189)
Sebagai pemegang Schengen visa, kami bebas keluar masuk banyak negara Eropa. (Page 193)
Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu; jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian. (Page 227)
"Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga hal ini: sekolah, banyak-banyak membaca Al-Quran, dan berkelana." Ibunda guru Muslimah Hafsari (Page 229)
Selain pahlawan perang, ia juga seorang hafiz, ia hafal Al-Quran! (Page 238)
Al-Quran mengandung science dan sastra terhebat, (Page 242)
Tuhan tahu tapi menunggu, kata Tolstoy. (Page 244)
Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Allah. (Page 244)
Orang Italia, melihat hidup sebagai seni. Mereka merayakan kehidupan dan jatuh hati pada setiap sendinya. (Page 247)
Benar, seperti kubaca di buku. Pria Italia sungguh flamboyan dan mereka passionate: penuh gairah. (Page 247)
Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi. (Page 280)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar