Baiknya hati dalam menyikapi adalah pangkal dari jauhnya hati dari terluka, tak peduli jika ribuan orang mencoba untuk mematahkannya. (Page 1)
Sebab ketergantungan akan mengharap manusia, sama saja duduk bersandar pada kursi kayu yang telah rapuh. (Page 5)
Banyak hal yang jauh lebih bermanfaat untuk dilakukan ketimbang mengikuti cinta dan keinginan hati yang hadir terlalu dini itu. (Page 7)
Masa muda memang begitu. Semua mengalaminya, sedikit ilmu tapi banyak keinginan dan selalu berupaya untuk mencoba segala hal. (Page 8)
Patah hati itu derita, tapi ada juga beberapa kalangan bijak yang menyikapi patah hati dengan pandangan berbeda. Mereka mengambil hikmah dari patah hatinya. (Page 9)
Tidak ada yang salah dengan cinta, yang salah adalah cara menyikapinya. (Page 10)
Yang sebelumnya sibuk memantau status media sosial untuk sekadar mengetahui apa yang sedang dilakukan sang pujaan hati, kini lebih memilih sibuk memantau iman dalam hati, sudah sejauh manakah ia berhijrah? Yang dulu hanya dengan membaca pesan singkat sang pujaan hati sudah senang bukan kepalang, hingga lupa membaca Al-Qur'an, sekarang akhirnya sadar bahwa ilmu dan Al-Qur'an-lah yang lebih mampu membuat hati tenang dan damai. (Page 11)
Allahlah yang membolak-balikkan hati manusia, maka jika cinta hadir, sudah seharusnya kita kembalikan urusan itu kepada Yang Maha Membolak-balikkan hati. Bilamana cinta itu ternyata bukan berujung kepadanya, maka hati akan terhindar dari luka yang teramat dalam. (Page 11)
Aku memilih untuk tidak memaksamu bersamaku, bukan karena aku tak ingin bersamamu, tapi karena aku yang tidak mau kamu menentang mereka, keluarga dan orangtuamu. (Page 14)
Tiada ridha orangtua, berarti tiada ridha Allah. Karena ridha orangtua adalah ridha Allah. (Page 15)
Cinta adalah proses. Proses bagaimana agar cinta itu hidup dan tidak ada yang mati karenanya. Cinta kepada lawan jenis dapat berganti, tergantung kemampuan hati untuk mengikhlaskannya. (Page 17)
Libatkanlah mereka (orangtua) dalam setiap pilihanmu. Jika cinta tidak direstui orangtua, tindakan yang paling tepat dilakukan adalah dengan cara intropeksi diri. Saling evaluasi dan koreksi. (Page 18)
Kenapa harus membuang-buang waktu untuk menunggu seseorang yang tidak baik akhlaknya untuk menjadi baik, jika yang jelas-jelas baik itu ada? (Page 21)
Ada kalanya naluri atau firasat orangtua benar adanya. (Page 21)
Lawanlah kekerasan dengan kelembutan. (Page 23)
Sabar adalah kunci dalam setiap masalah; doa adalah cara untuk mencari solusi terbaik dari setiap masalah itu. (Page 23)
TAK ADA LAGI NAMAMU DALAM DOAKU, SEBAB MULAI KINI, KUHANYA MEMINTA YANG TERBAIK KEPADA-NYA. (Page 24)
Tapi jika memang kamu dan pasangan tidak berjodoh, jangan sedih, sebab Allah akan memberikan kamu dan pasangan jodoh lain yang jauh lebih baik - menurut-Nya. (Page 25)
Gagal adalah sesuatu yang senantiasa berdekatan dengan manusia, tiada arti keberhasilan tanpa rasa kegagalan. (Page 25)
Berdua membangun keluarga kecil adalah impian bagi mereka yang tengah menunggu. Menunggu datangnya jodoh tanpa kenal lelah. Tak masalah dengan tolakan berkali-kali, impian itu tetap saja ada. (Page 26)
"Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." QS. Az-Zumar ayat 10 (Page 28)
Sungguh pengecut orang yang menjatuhkan kesalahan kepada orang lain atas kegagalan yang dialaminya. (Page 29)
"Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." QS Ath-Thalaq ayat 4 (Page 29)
Kemudahan dalam setiap urusan Dia berikan kepada mereka yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, (Page 30)
Menganggap kepedihan yang pernah dilaluinya sebagai langkah untuknya menjadi manusia yang lebih baik. (Page 31)
"Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." HR Muslim (Page 31)
Kembalikanlah semua kepada Allah, dengan menganggap di balik semua ini ada hikmah dan kebaikan yang Allah berikan untuk diri. (Page 34)
Setiap anugerah dan musibah adalah sesuatu yang bisa mendatangkan pahala, jika ia bersabar dan bersyukur. Sebaliknya, akan mendatangkan dosa jika ia kufur dan hanya bisa menyalahkan orang lain, terlebih menyalahkan Allah atas keadaannya. Astagfirullah. (Page 34)
Waktu dan perjalanan akan menempa diri yang sabar dan banyak bertobat agar menjadi seorang yang kualitas hebat. Sebab jodoh yang berkualitas hanya ada pada diri yang juga berkualitas. (Page 35)
Adakalanya berjalan sendirian memang menyedihkan, tetapi dengannya kita akan menemukan atau ditemukan. (Page 36)
X : Kapan menikah?
Y : Doakan saja. (Page 37)
"Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang yang sesat." QS Al-Hijr Ayat 56 (Page 40)
Kawan, alangkah baiknya jika kesendirianmu dalam menanti jodoh, kamu gunakan untuk intropeksi diri, memfilter segala kekurangan dan memperbaikinya tanpa harus menjadi manusia yang tidak bersyukur. (Page 41)
Dalam kesendirianmu ini, raihlah banyak hal positif, kemapanan, baik dari segi materi maupun ilmu dan prestasi. (Page 42)
Jika manusia tepat dalam mengelolah kepedulian, ia tidak akan takut, malu dan gelisah meskipun berkali-kali gagal. Fitrah manusia sudah tertuang sejak bayi, bangkit 1001 kali setelah jatuh 1000 kali, tak peduli karenanya ada tawa dari sekitar, ikut tertawa sajalah, tak usah pedulikan itu tawa bahagia atau ejekan, cukup tekad dan ucapkan, 'Saya akan berdiri lagi!'" (Page 44)
Sikap yang baik akan menghasilkan pandangan yang baik. (Page 49)
Perbaiki dirimu, banyaklah membaca buku agama, tingkatkan kualitas shalatmu, tunaikan ibadah-ibadah sunah serta perbaiki cara berpakaian dan penampilanmu. Dengan itu semua, Insyaa Allah rezeki dan jodohmu akan dimudahkan dan dilapangkam. Aamiin. (Page 50)
Mencari jodoh bukanlah ajang kejuaraan, tetapi dalam mencari jodoh diri harus memiliki mental seorang juara. (Page 51)
Jadi... mencintailah dengan sewajarnya. (Page 59)
Jika cinta kepadanya membuat diri semakin cinta kepada Allah, itu artinya lampu hijau masih menyala untuk mengizinkanmu terus mencintainya. Tetapi, jika cinta kepadanya justru membuatmu jauh dan bahkan melupakan Allah, itu artinya lampu merah sudah menyala untuk menyuruhmu berhenti mencintainya. (Page 59)
Jangan berharap memakan masakan yang enak dari seorang ibu, sebab ibu selalu memasak dengan cinta. (Page 60)
Allah Sang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Memohon dan berdoalah selalu kepada-Nya, agar hatimu dan hatinya tetap terjaga. Tetap menempatkan cinta kepada-Nya di atas segalanya. (Page 61)
Janganlah pernah takut untuk mencoba. Kali pertama mungkin sulit, tapi kesulitan itu akan membuat diri jadi lebih percaya akan kemampuan diri. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, sebab setiap manusia diciptakan berbeda, tiada yang sama. Jadilah diri sendiri, jangan mencoba untuk meniru orang lain. (Page 64)
Doa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin. Usaha dan doa itu bak sepasang kaki, bila salah satunya tiada, maka sang langkah akan pincang. (Page 64)
Doa adalah salah satu senjata ampuh bagi seorang muslim untuk mencapai tujuannya, sekaligus cara yang efektif dan paling dianjurkan untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Doa juga merupakan wujud syukur seorang muslim. Sebab usaha tanpa doa adalah satu bentuk kesombongan seorang hamba. Seperti halnya doa tanpa usaha merupakan kesia-siaan belaka. Usaha dan doa tidak pernah lepas dari kehidupan setiap muslim. (Page 65)
Seorang muslim yang tetap sabar dalam ujian akan dilimpahkan banyak pahala yang tak terhingga. (Page 67)
Manusia selalu memiliki hak untuk bertobat dan memulai kembali doa-doa yang sudah lama ia tinggalkan. (Page 69)
Tetaplah sabar dalam berdoa menantikan datangnya jodoh. Jangan pernah tinggalkan doa meski jodoh tak kunjung tiba. Menikah memang tujuan yang sangat mulia, karenanya jangan pernah berputus asa jika kau belum bisa berada di sana. Jalan yang Allah pilihkan tidaklah pernah salah, (Page 70)
Evaluasi dan koreksi diri itu jauh lebih baik ketimbang mencari kesalahan pada orang lain. (Page 70)
Istighfar bisa menjadi jalan keluar bagi hamba yang tengah dirundung masalah, termasuk masalah jodoh yang tak kunjung tiba. (Page 70)
Sangat banyak wanita yang menginginkan pria yang selalu beramal saleh, (Page 72)
Jangan tinggalkan doa, sebab doa bisa mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. (Page 72)
Dan bilamana langkah kakimu berhenti karena tiada lagi kehidupan, maka tak akan ada sesal dalam diri karena kamu telah berupaya meraihnya. (Page 73)
Manusia adalah makhluk sosial, jangan menghilangkan kemanusiaannya karena sebuah masalah. (Page 74)
Tepislah kegalauan yang datang dengan kegiatan-kegiatan positif. Jangan biarkan dirimu seorang diri berteman sepi. Tubuh yang lelah setelah melakukan kegiatan positif justru akan menjadi obat yang mengantarkanmu pada tidur lelap dan buaian mimpi, merehatkan diri dari pikiran dan bayangan si dia sudah tiada lagi harapan untuk bersama. (Page 80)
Seberapa dalam diri jatuh dalam kegalauan tergantung pada seberapa banyak dosa yang pernah dilakukan. (Page 80)
Hati yang lapang dari dosa, mampu menampung beban dan kegalauan, sebaliknya hati yang penuh dosa tak akan mampu menampung beban dan kegalauan itu. Lapangkanlah hati dengan banyak beristighfar. (Page 81)
Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin bijak ia bersikap. (Page 82)
Sebab ibadah tanpa ilmu hanya akan menjadi sebuah kebingungan. (Page 82)
Ingatlah, bahwa Allah adalah sumber dari segala ketenangan, (Page 82)
Dunia adalah tempat manusia untuk beribadah kepada Tuhan-Nya. Tempat untuk mengumpulkan amal. Bahagia dan sengsara manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. (Page 86)
Karena cinta melahirkan kebahagiaan sekaligus kekecewaan. (Page 87)
Hati yang diselimuti kebahagiaan, akan membuat diri bersemangat melakukan aktivitas apa pun. Sebaliknya, hati yang dipenuhi kecewa, akan membuat diri tak bersemangat melakukan apa pun. (Page 88)
Dalam diri manusia ada perang yang selalu bergejolak. Perang batin. (Page 90)
Siapkan diri untuk menyambut kedatangannya dia yang dipilihkan Tuhan untukmu. Sebelum waktunya tiba, ukirlah prestasi, buatlah karya-karya besar, raihlah pendidikan setinggi mungkin dan perdalamlah ilmu agama, agar kamu menjadi sosok terbaik yang pantas dan membanggakan baginya. (Page 92)
Karena dengan melepasnya pergi, kamu sudah memberi kesempatan untuk cinta lain datang. (Page 94)
Pernikahan bukanlah ajang perlombaan, yang lebih dulu mendapatkan, yang menjadi juara. Luruskan niat kepada Allah, semata untuk mencari ridha dan pahala-Nya. Karena, setiap detik masa setelah akad terucap adalah ladang pahala. (Page 95)
Ibarat bunga yang masih kuncup lalu dipetik, tidak sempat mekar dan akhirnya layu lalu dibuang. Pacaran bisa dianalogikan seperti itu. Walaupun dari mereka yang pacaran ada yang berujung pada pernikahan, namun apalah artinya pernikahan, jika kenikmatannya sudah dirasakan. (Page 96)
Saat berta'aruf, hindarilah pembicaraan-pembicaraan yang tidak penting dan tidak perlu dibicarakan. Fokuskan pembicaraan pada hal yang mengarah pada pengenalan diri calon pasangan. (Page 100)
Manusia hanya diwajibkan untuk berupaya menjemputnya (jodoh), menjemput dengan cara yang halal dan niat untuk menyempurnakan separuh agama. (Page 103)
Sebab cinta tak pernah bisa dipaksa. Cara terbaik untuk mencintai adalah dengan mengikhlaskan sepenuhnya dia yang dicintai kepada Allah. Yakin bahwa ketetapan-Nya yang terbaik. Belajar sabar menerima ketentuan-Nya, meski tak sejalan keinginan. (Page 104)
Jangan pernah berharap pada manusia karena harapan itu bisa sirna. Berharaplah kepada-Nya, Allah Sang Pemilik Cinta. (Page 104)
Di balik takdir-Nya, aku menunggumu dalam iman. Di balik rahasia-Nya, aku berikhtiar dalam perbaikan. Di balik rahman-Nya, aku menitip rindu dalam doa, 'Semoga tetap terjaga dalam ridha-Nya.' (Page 105)
Dengan mencintai Allah, diri akan merasa memiliki segalanya. Inilah cinta yang tak terpisahkan jarak, ruang dan waktu. Cinta yang tak akan pernah bertepuk sebelah tangan. (Page 106)
"Wahai jibril, sungguh Aku mencintai Fulan maka cintailah dia." (Page 107)
Fokuslah menatap masa depan. Jangan sering menengok ke belakang, (Page 108)
"Di antara ciri sempurnanya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya." HR Tirmidzi (Page 109)
Allah merencanakan masa depan dengan menguji kita untuk berprasangka baik, bersyukur, bersabar serta ikhlas menjalani ketetapan-Nya. (Page 112)
Menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an dan buku-buku agama. (Page 113)
Karena masalah adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya. Tuhan memberikan masalah sebagai ujian atas keimanan hamba-Nya. Ujian yang diberikan pun tak pernah sama, karena disesuaikan dengan kemampuan masing-masing sang hamba. Itulah bukti kebesaran bahwa Allah sungguh Mahaadil. (Page 119)
Dalam hidup, apa pun episodenya tak ada yang berakhir sia-sia, selalu ada hikmah dan pelajaran di baliknya, percayalah. (Page 119)
Sesungguhnya, hidup sendiri adalah sebuah masalah, karena setiap manusia yang hidup akan selalu didatangi masalah. (Page 120)
Berharap adalah bentuk penghambaan. (Page 120)
Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Allah adalah sebaik baik pelindung. (Page 120)
Lalu untuk apa Allah SWT menciptakan kegagalan? Untuk mengajarkan hamba-Nya, bahwa sekuat apa pun usaha yang dilakukan sang hamba, namun tetap Allah SWT yang Maha Menentukan. (Page 121)
Perjuangan adalah sebuah keseriusan, di mana ketika satu usaha yang dilakukan gagal, diri langsung sigap menggantinya dengan usaha lain seraya upaya perbaikan dalam cara berikhtiar. (Page 121)
Teruslah berusaha melewati satu kegagalan ke kegagalan lainnya. Karena kegagalan itu adalah tangga yang akan mengantarkan diri pada tingkat yang tertinggi. (Page 122)
Karena bahagia bukanlah tanpa tangis
Bahagia bukanlah tanpa miris
Bahagia adalah saat apa pun takdir-Nya
Membuatmu ikhlas dan ridha pada-Nya
Pada ketetapan-Nya
Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagimu (Page 124)
"Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah baikkan hubungannya dengan sesama." Umar ibn Abdil Aziz (Page 125)
Bahwa tugas cicak memang hanya berikhtiar sejauh kemampuan. Karena soal rezeki, Allah-lah yang memberi jaminan. (Page 126)
Allah Yang Mahaadil, takkan mungkin Dia bebani hamba-Nya melampaui kesanggupannya. (Page 126)
Sejatinya yang dituntut Allah dari kita adalah ikhtiar dengan niat yang baik. (Page 128)
Sejatinya cinta itu bukan sekadar perasaan. Cinta itu percaya, bertanggung jawab dan tulus. (Page 131)
Tuhan... masih pantaskah aku menjadi hamba-Mu? Sedangkan mengimani ketetapan-Mu pun aku menolak. (Page 132)
Bahwa rezeki dan jodoh harus diikhtiarkan. Jika tidak lulus seleksi kerja, jangan sedih... Allah pasti akan memberikan gantinya berupa rezeki yang jauh lebih baik. Begitu pun dengan jodoh, jika gagal dalam proses ta'aruf, tak perlu kecewa, Allah pasti akan menggantinya dengan jodoh yang jauh lebih baik. (Page 136)
Jodoh itu seperti rezeki, sudah ditetapkan Allah sejak dunia ini belum tercipta. Meski begitu, kita tetap wajib berikhtiar untuk mendapatkan yang terbaik. Jemputlah jodoh dan rezeki dengan cara yang baik. Mengenai kapan bertemu, kapan menikah, tak perlu dirisaukan, biarlah itu menjadi urusan-Nya. Akan tetapi, bagaimana cara bertemu jodoh, itulah yang harus kita ikhtiarkan. (Page 136)
Ikhtiar dan kualitas iman akan menentukan baik-buruknya kualitas jodohmu kelak. (Page 137)
Pahala bagi dirimu sendiri, dosa pun kamu tanggung sendiri. (Page 137)
Perbaiki dirimu karena Allah, bukan karena jodoh. (Page 139)
Dia yang tak kan mempermasalahkan masa lalumu, sekelam apa pun itu. (Page 140)
Tak perlu khawatir, kawan. Dia pasti akan menemukan jalan untuk menjumpaimu. Dia tak akan datang terlalu cepat, hingga kamu harus terburu-buru. Ia juga tak akan datang terlalu lambat, hingga kamu lelah menunggu. Allah Mahabaik, kamu harus yakin pada janji-Nya. (Page 140)
Jadi... ketika doamu belum dikabulkan, janganlah kamu berputus asa, apalagi menyerah. (Page 141)
Penderitaan adalah wujud cinta Allah, agar diri sabar dan kuat menjalani hidup. (Page 146)
Jadi, kawan... sabarlah dalam penantianmu. (Page 146)
Sebab sejatinya, banyak yang dapat dilakukan dalam masa penantian, seperti berbakti pada orangtua, belajar memasak, belajar menjadi istri saleha dan memperdalam ilmu agama. (Page 147)
Memasak itu pekerjaan mulia lho, kawan. Kenapa? Karena dengan memahami masakan, kita bisa menjaga kesehatan keluarga kita kelak. (Page 150)
"Semua penulis akan mati, hanya karyanya yang akan terus abadi. Maka tulislah sesuatu yang dapat membahagiakan dirimu di akhirat nanti." Sayyidina Ali Bin Abi Thalib (Page 154)
Apa yang saya tulis, itulah yang saya rasakan. Saya hanya menuangkannya supaya hati jadi lebih kuat menjalani takdir-Nya. (Page 154)
Ini jugalah yang jadi penyebab hati mudah menggalau, karena diri jauh dari Allah dan Al-Qur'an. (Page 156)
Jika Allah telah mencintai hamba-Nya, tanpa meminta pun Dia akan mengirimkan seseorang yang terbaik untuknya, janganlah ragu akan janji-Nya. (Page 157)
Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penologmu, (Page 161)
Kesedihan yang sering menimpa diri adalah mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkan. (Page 163)
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Page 164)
Sabar itu pahit awalnya, tapi manis akhirnya. (Page 166)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar