Hikayat Perang Sabil memberikan semangat kepada rakyat Aceh untuk bertahan terhadap serangan-serangan bala tentara kolonial Belanda selama Perang Aceh. (Page v)
Hikayat Perang Sabil menduduki tempat yang khusus sebagai sastra perang, karena kemampuannya mengilhami perlawanan rakyat terhadap usaha penjajahan selama 40 tahun lamanya sejak serangan pasukan Belanda di Aceh pada tahun 1873. (Page v)
Orang mempergunakan bahasa sastra sebagai salah satu alat untuk memenuhi harapan, merealisasikan cita-cita atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Page 1)
Kami adalah tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan (Page 1)
Syahidlah haji dua dan tiga
Akan mengisi di dalam syurga
Bidadari pun banyak tiada berhingga
Datang menyambut haji berida
Darahnya mengalir bagai kesturi
Bidadari pun banyak datang mengampiri
Suka dan ramai tepuk dan tari
Merebut mayat haji jauhari. (Page 3)
Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat yang sampai pada awal abad XX merupakan hiburan yang utama, apalagi sebagai bentuk hiburan yang bersifat mendidik. (Page 11)
Orang-orang yang memberi sumbangan
Memang berganda pahala datang
Biarpun kita memberi satu sahaja
Berganda Tuhan mengembalikan
Satu dirham kini kita berikan
Tujuh ratus ketika dikembalikan
Pembalasan satu adalah tujuh ratus
Tuhan sebut di dalam Qur'an (Page 13)
Perang di jalan Allah adalah merupakan inti utama dalam hikayat-hikayat perang sabil yang terdapat di Aceh. (Page 27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar