Guru pernah bilang padaku bahwa selama 25 tahun mengajar, dia tak pernah menemukan murid begitu berbakat matematika seperti Arai. (Page 6)
Ayah termasuk orang yang beranggapan bahwa sangat banyak orang baik di dunia ini, berlimpah ruah jumlahnya, ketimbang segelintir orang jahat yang jauh, asing, terpencil, tak ada di sini, dan mereka jahat karena telah mengalami masa kecil yang getir sehingga mereka harus ditolong, bukan dihukum. (Page 17)
"Seorang bisa menjadi guru, pegawai negara, syahbandar, petugas sensus, penyuluh pertanian, penyiar radio, apa saja, karena pendidikan," kata Guru Harfan pada Ayah. (Page 20)
Selama aku belajar, di bawah temaram lampu minyak, Ayah duduk di belakangku sambil menjalin pukat. Ayah tak beranjak dari situ meski aku belajar hingga larut malam. Hal itu lebih dari cukup untuk membuatku selalu ingin merebut peringkat pertama di kelas. (Page 20)
Arai itu pintar seperti Lintang, kawan sebangkuku di Sekolah Laskar Pelangi dulu. (Page 22)
Seperti ayahku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik darinya untukku, aku pun ingin memberikan yang terbaik dariku untuk ayahku. (Page 27)
Katanya justru dia sangat bangga jika kami melanjutkan sekolah sebab dalam keluarga besar kami baru aku dan Arai yang akan sekolah hingga ke SMA. (Page 43)
Sejauh apa pun, dengan senang hati aku akan mengambil rapor-rapor kalian! (Page 44)
Yaitu semua kebaikan pagi dan kebaikan sore banyak terjadi di pukul 5.00. (Page 52)
Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan ilmu. (Page 61)
Kami tidak keberatan mengajar segelintir murid namun mereka datang ke sekolah ini benar-benar untuk menuntut ilmu. (Page 68)
Kuda Alexander Agung, kuda Khalifah Usman, kuda Napoleon, kuda Romawi. (Page 73)
Aku telah bekerja memarut kelapa sejak sebelum masuk sekolah dasar. (Page 74)
Guru mustar adalah guru matematika bagi guru-guru matematika, (Page 79)
Karena dia berprinsip setiap murid harus mendapat satu nomer peringkat yang menunjukkan mutunya sebagai murid. (Page 82)
Menjadi pengarang adalah cita-cita pertamaku sejak di sekolah dasar dulu. (Page 87)
Aku sendiri tak berkedip. Makin lama film itu makin seronok. Ternyata asyik sekali nonton film semi cabul. (Page 89)
Sering kulihat dia membaca buku-buku matematika untuk universitas. (Page 101)
Raga adalah penjaga kefanaan bagi kerusakan duniawi, namun jiwa adalah pembebas yang abadi. (Page 101)
"Semangat, kebijakan, niat baik, kejujuran, dan mimpi-mimpi, adalah hal-hal yang harus melekat bersama ilmu." Guru Balian (Page 103)
Ikal, dunia dipenuhi orang-orang kesepian yang tak berani mengungkapkan cinta. (Page 117)
Keadaan sekarang memang sulit namun badai tak pernah lama! Badai selalu hanya lewat saja! Maka janganlah pernah berhenti bercita-cita! (Page 126)
"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu." Arai (Page 131)
Sebab perasaan gagal sendiri saja adalah penderitaan tersembunyi yang amat getir. Itulah sebabnya mengapa orang-orang gagal suka berkumpul sesama mereka. (Page 134)
Harga timah dunia naik 1%, kehidupan di pulau kami berdenyut-denyut lagi. (Page 136)
Lalu mulailah Arai meminjam buku-buku puisi dari perpustakaan daerah. Bron yang tak menyukai mata pelajaran apa pun selain pelajaran olahraga, bilang pada kami bahwa Zakiah telah berhasil masuk tim bola voli SMA. Tak lama kemudian Arai membawa pulang buku-buku puisi dan buku tentang permainan bola voli. (Page 142)
Kita akan ke Jakarta. Di Jakarta kita akan bekerja, bekerja apa saja, namun tujuan kita sebenarnya adalah mencari beasiswa. Dapat beasiswa, kita akan kuliah ke Eropa! (Page 145)
Meski kami tahu saingan semakin banyak, meskipun kami gagal terus, meski kami tahu prosesnya telah dikorupsi, kami terus belajar dan terus ikut tes beasiswa. (Page 168)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar