Sebagaimana diketahui, bahwa buku yang khusus menulis mengenai Sidoarjo masih terbilang sangat langka. (Page 5)
Buku Sidoardjo Tempo Doeloe ini proses penggarapannya memerlukan waktu setidaknya 25 tahun, (Page 10)
Jénggala adalah sebuah kerajaan yang sebetulnya tidak terlalu besar dibanding Majapahit. Usianya juga relatif singkat. Tetapi dalam khasanah sastra lisan, nama Jenggala memiliki posisi istimewa. Banyak dongeng dan cerita rakyat yang memiliki latar belakang waktu dan tempat kerajaan Jenggala. Salah satunya, adalah dongeng Cindelaras. (Page 28)
Lha wong nama Sidoardjo sendiri baru muncul pada tanggal 2 Juni 1859. (Page 49)
Menurut Edi Suripto (60 tahun), carik/sekdes Kraton, desa Kraton terdiri dari empat dusun, yaitu Sidowaras, Sidomukti, Kraton dan Parengan. Desa ini didirikan oleh para murid dan pasukan Diponegoro yang melarikan diri saat terjadinya perang Diponegoro meletus sekitar 1825-1830. (Page 58)
Kata Krian itu sendiri ada kemiripan dengan kata Rakriya (bangsawan) atau Kryan, (Page 72)
Di tengah kota Sidoardjo ada pusat industri batik tulis, namanya kampung Batik Jétis. Konon kampung batik ini sudah ada sejak tahun 1675, (Page 74)
Bahwa asal-usul desa Krembung memang agak sedikit aneh, yaitu 'tempat wong bambung'. (Page 80)
Pada tahun 1913, di desa Ploso sudah ada Sekolah Dasar. Pada tahun segitu, sebutannya adalah Sekolah Ongko Loro. Baru pada jaman kemerdekaan, istilahnya diganti menjadi SR (Sekolah Rakyat). (Page 82)
Jauh sebelum kabupaten Sidoardjo berdiri, di kampung Kauman, di belakang pertokoan Ramayana dan Matahari Dept. Store di Jalan Gadjah Mada sekarang ini, sudah ada masjid yang dibangun tahun 1678. (Page 104)
Kajian Legenda dan Budaya tentang asal usul desa ini (Desa Keboansikep) pernah dilakukan oleh Dwi Lukitawati, mahasiswi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sidoardjo jurusan Sejarah pada tahun 2008. Desa Kéboansikép berada di wilayah Kecamatan Gédangan Kabupaten Sidoardjo. (Page 117)
Pernah dengar dongeng Timun Emas? Kalau dicermati, dongeng tersebut sudah mengisyaratkan bahwa pada jaman Majapahit dulu pernah terjadi bencana banjir lumpur Mirip di Porong sekarang ini. (Page 120)
De Java Oorlog, atau PerangJawa, sebagai sebutan lain bagi Perang Diponegoro, telah berakhir tahun 1830. Dengan berakhirnya peperangan itu nampaknya pé-er Pemerintah Hindia Belanda telah berakhir, nyatanya tidak! (Page 123)
Pemerintah Belanda bangkrut! Kasnya terkuras habis untuk pembiayaan perang yang banyak memakan korban ini. Baik korban jiwa, terlebih lagi harta benda dan keuangan negara. Disamping itu pecah pula perang antara Belanda dan Belgia yang kelak berlangsung hingga tahun 1839. (Page 123)
Program nonton gratis yang bekerjasama dengan pengurus Syarikat Islam (SI) ini, sekaligus memberikan motivasi bagi murid supaya rajin belajar. Sebab, bagi murid yang pinter mendapat tempat duduk kelas VIP. (Page 151)
Raden Adipati Ario Tjokro Negoro, adalah bupati pertama Sidoardjo. Ia menjabat sejak tanggal 28 Mei 1863 dan digantikan oleh Raden Tumenggung Panji Tjondro Winoto yang menjabat sejak tanggal 25 Juni 1882. (Page 168)
Siapa itu orang Gogol?
1. Di dalam buku Bausastra Jawa yang ditulis oleh S. Prawiro Atmodjo disebutkan bahwa istilah Gogol dalam bahasa Jawa adalah: "kuli kenceng, wong desa kang mbayar pajég".
2. Ada tiga orang nara sumber saya. Usia mereka sekitar 80-an tahun. Mereka memang tidak bisa memberikan difinisi tentang apa itu orang Gogol? Namun mereka menceritakan apa yang dikerjakan oleh orang-orang Gogol tersebut. Dikatakan bahwa pada jaman penjajahan Belanda di Sidoardjo, Mojokerto, Kediri, Nganjuk dan kota-kota kabupaten lainnya, ada istilah Tanah Gogolan. Yaitu tanah negara (Pemerintah Hindia Belanda) yang dikerjakan oleh orang Gogol. Tanah-tanah itu tidak bisa dijadikan hak milik. Jika orang Gogol yang nggarap Tanah Gogolan itu meninggal, maka penggarapan tanah tersebut diteruskan oleh orang Gogol yang lain, jadi bukan oleh anaknya. Hal ini untuk memberi kesempatan pada orang Gogol lainnya yang belum bisa nggarap Tanah Gogolan sebelumnya. Kata ketiga nara sumber saya tersebut. Karena orang Gogol itu telah diberi kesempatan untuk nggarap Tanah Gogolan, sebagai imbalan mereka diwajibkan untuk menjaga keamanan desa.
3. Pada dasarnya orang Gogol itu dianggap derajatnya paling rendah di mata masyarakat. Di samping orang Gogol ada juga sebutan orang Angguran dan Sinoman. Merekalah segolongan manusia yang pada dasarnya isyok diapak apakno. Salah sedikit kaplok! Salah sedikit kaplok! Merekapun juga dikenakan hukuman kerja desa! (Page 179)
Tidak ada partai-partai yang mencalonkan cabub (calon bupati)-nya. Tidak ada hingar bingar kampanye. Sebab bupati diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. (Page 218)
Begitu memasuki Kota Sidoardjo dari segala macam arah, maka kita akan disambut oleh patung-patung bandeng dan udang yang sudah menjadi ikon kota ini. (Page 272)
Soerabaia punya makanan khas Lontong Balap, Gresik punya Nasi Krawu, Lamongan punya Tahu Campur dan Soto Ayam, maka Sidoardjo punya Kupang Lontong. (Page 277)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar