Gedung sekolah dengan arsitektur Belanda itu sudah sangat tua, berdiri angkuh bersama pohon-pohon raksasa yang tak kalah tua umurnya dengan bangunan itu sendiri. (Page 3)
Dia beringut menuju sebuah rak dan mengambil sebuah CD musik klasik. Sayatan biola mengalun. Merobek luka dengan nada-nada minor. Laki-laki itu tersenyum getir. (Page 23)
Heh! Imajinasimu lo simpan aja buat pelajaran mengarang. (Page 31)
Grace sungguh sangat percaya diri. Kadang-kadang sangat over dan membuatnya terkesan arogan. (Page 36)
Matahari tidak terlalu terik. Barisan anak-anak berseragam putih abu-abu memenuhi lapangan. (Page 85)
Persahabatan itu seperti matahari yang menyapa pagi. Hangat dan menyenangkan. (Page 90)
Denting piano mengalun lembut dari lantai dua sebuah rumah bertingkat. (Page 101)
"Anak-anak ada lima soal latihan yang harus kalian kerjakan. Saya akan salin soalnya di papan tulis." Grace (Page 106)
Grace meneguk kopi hangat. Asap mengepul menyerbu wajahnya yang dingin. Hujan lebat meriuh di luar. (Page 109)
"Menulis seperti bermain teater. Bisa menjadi apa dan siapa saja, meski dengan pena dan kertas." Ruwi Metia (Page 129)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar