Terima kasih sudah hadir di acara talkshow dan bedah buku selama satu jam bersama Hana Angela. Dalam talkshow ini, kita akan tahu bagaimana proses kreatif Hana dalam menulis novelnya. (Page 8)
Purnama termenung di langit malam yang semakin pekat. Kilau tabur bintang mewarnai malam hitam. (Page 29)
Ini pasti buku-buku dongeng yang diberikan ayah Hana kepada Hana, (Page 46)
Dongeng-dongeng Andersen banyak bercerita tentang tragedi, tidak selalu berakhir bahagia walau dongeng itu diperuntukkan untuk anak-anak, malah terkadang dongeng Andersen memiliki sejumlah kritik sosial. (Page 46)
Selain foto-foto wajahnya, banyak foto pemandangan, objek benda mati, hingga berbagai macam peristiwa terekam abadi di kamera Alfian. (Page 75)
Hardia bercerita tentang banyak hal, mulai dari pengalamannya hingga hobinya mendengar radio 'Buku dan Kutu-kutunya'. (Page 82)
Aku tidak bisa memotong senja, tapi aku bisa membingkai ketenangan senja dalam sebuah kanvas untukmu, (Page 103)
Lukisan senja dengan permainan warna jingga dan oranye yang teduh segera menyapa mata Hana. Dalam lukisan itu, ada satu bukit rumput nan hijau begitu luas. Di bukit itu duduk seorang lelaki dan perempuan, saling menunjuk matahari senja yang malu-malu. (Page 103)
Angin malam berembus pelan, mendesaukan udara sejuk. Lengkungan bulan sabit melukiskan senyum malam. Bintang-bintang yang kerlap-kerlip di langit meramaikan malam yang sendiri. Samar, simfoni malam mulai menyahut. Terdengar derik serangga malam di balik semak-semak di belakang rumah pasukan langit. (Page 105)
Hidup mati seseorang tak ditentukan oleh seberapa bahaya pekerjaannya. (Page 115)
Ia meraih 3 buku diary yang ditulisnya sejak dari kecil. (Page 126)
Saat melihat bintang yang banyak di langit, coba pilih salah satu bintang yang paling terang. Bisa saja, itu bintang milikmu. Bintang yang selalu menyimpan harapan dan cerita-ceritamu, (Page 139)
Aku memerhatikannya dalam diam. Ia tersenyum lewat manik matanya yang hitam. Lewat tatap matanya yang lembut dan teduh, kutemukan binar bintang di sana. Aku jatuh pada titik sinarnya di tengah gelap. (Page 151)
Aku berharap, suatu saat nanti bisa memotong senja untuknya. Walau, sesungguhnya aku lebih suka memberinya segenggam bintang. Dia lebih mirip bintang, tepatnya bintang jatuh. Dia adalah sekumpulan harapanku yang menjadi nyata. (Page 151)
Bright like a shooting star. Layaknya bintang jatuh, dia bersinar lebih dibandingkan bintang lainnya. Satu kalimat untuk dia: percayalah, tak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk diraih. (Page 152)
Sekali lagi, namanya Hana Angela. Malaikat Sunyi. Bintang jatuh. Tak ada yang lebih penting dari itu semua kecuali: aku mencintainya. (Page 154)
Bagaimana ia bisa pergi, sedangkan hatinya masih tertinggal di sini? (Page 156)
Hardian tersenyum, ia mencium kening Hana dan berjalan menjauh. (Page 160)
Hana tersenyum penuh arti. Saat seperti ini. Ingin sekali ia duduk di beranda basecamp RN. Menikmati ocehan penyiar radio 'Buku dan Kutu-kutunya' yang merekam jejak malam dengan kata-kata indah. Menyesap teh hangat yang bercampur dengan wangi kopi panas milik Hardia. (Page 162)
Bintang jatuh. Banyak yang menyebutnya dengan macam-macam nama: fallen star, shooting star, atau wishing star. (Page 191)
Paling suka menulis di hari huja ditemani secangkir teh hangat dan radio malam. Kalau mau intip cuap-cuapnya, silahkan langsung meluncur ke @VeroooGabriel atau sekedar membaca coret-coretannya di http://obamae.blogspot.com. (Page 198)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar