Senin, 29 Juni 2015

What Is Entrepreneurship?

What is meant  by  entrepreneurship?    The concept  of  entrepreneurship  was  first  established  in  the  1700s,  and  the  meaning has  evolved  ever  since.    Many  simply  equate  it  with starting  one’s  own  business.    Most  economists  believe it is more than that.

To  some  economists,  the  entrepreneur  is  one  who  is willing  to  bear  the  risk  of  a  new  venture  if  there  is  a significant  chance  for  profit.    Others  emphasize  the entrepreneur’s  role  as  an  innovator  who  markets  his innovation.    Still  other  economists  say  that  entrepreneurs develop new goods or processes that the market demands  and  are  not  currently  being  supplied.  

In  the  20th  century,  economist  Joseph  Schumpeter (1883-1950)  focused  on  how  the  entrepreneur’s  drive for  innovation  and  improvement creates  upheaval and change.    Schumpeter    viewed  entrepreneurship  as  a force  of  “creative  destruction.”  The  entrepreneur  carries  out  “new  combinations,”  thereby  helping  render old  industries  obsolete.    Established  ways  of  doing business  are  destroyed  by  the  creation  of  new  and  better ways to do them.

Business  expert  Peter  Drucker  (1909-2005) took this idea  further,  describing  the  entrepreneur  as  someone  who  actually  searches  for  change,  responds  to  it, and  exploits  change  as  an  opportunity.    A  quick  look at  changes  in  communications—from  typewriters  to personal  computers  to  the  Internet—illustrates  these ideas.

Most  economists  today  agree  that  entrepreneurship is  a  necessary  ingredient  for  stimulating  economic growth  and  employment  opportunities  in  all  societies.  In  the  developing  world,  successful  small  businesses  are  the  primary  engines  of  job  creation,  income growth,  and  poverty  reduction. Therefore,  government  support  for  entrepreneurship  is  a  crucial  strategy  for  economic  development.

As  the  Business  and  Industry  Advisory  Committee to  the  Organization  for  Economic  Cooperation  and Development  (OECD)  said  in  2003,  “Policies  to  foster  entrepreneurship  are  essential  to  job  creation  and economic  growth.”    Government  officials  can  provide incentives  that  encourage  entrepreneurs  to  risk  attempting  new  ventures.    Among  these  are  laws  to  enforce  property  rights  and  to  encourage  a  competitive market  system.

The  culture  of  a  community  also  may  influence  how much  entrepreneurship  there  is  within  it.  Different levels  of  entrepreneurship  may  stem  from  cultural differences  that  make  entrepreneurship  more  or  less rewarding  personally.    A  community  that  accords  the highest  status  to  those  at  the  top  of  hierarchical  organizations  or  those  with  professional  expertise  may discourage  entrepreneurship.  A  culture  or  policy  that accords  high  status  to  the  “self-made”  individual  is more likely to encourage entrepreneurship.

Rabu, 17 Juni 2015

Wali Songo Adalah Para Ulama Utusan Khalifah Utsmaniyah

Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).

Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.

Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.

PERIODE DAKWAH WALI SONGO

Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.

Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).

Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.

Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.

Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.

Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.

Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.

Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.

Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.

Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.

Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.

Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.

Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.

Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.

Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.

KESIMPULAN

Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)

Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.

- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.

- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.

- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.

- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.

(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).

Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.

Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.

Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.

Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :

1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :

1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

berbagai sumber

Rabu, 10 Juni 2015

Tips dari CEO BukaLapak.com

Banyak orang ingin memulai bisnis online sebagai tambahan pendapatan. Lalu, apa kira-kira tips jitu agar bisnis via internet yang dijalankan sukses?

"Untuk start bisnis online ya langsung jualan aja. Tentu saja harus punya produk yang harus dijual. Produknya ya yang disukai," kata CEO BukaLapak Achmad Zaky dalam acara Ngopi Bareng detikINET.

Ya, Achmad menyarankan agar orang menjual produk yang disukainya. "Kalau sukanya fashion ya jualan baju. Kalau sukanya musik ya jangan jualan baju," paparnya.

Intinya menurut dia, orang seharusnya hanya menjual produk yang diketahuinya dengan baik saja. Hal itu akan memperbesar peluang bisnis online mencapai sukses dan tidak mandeg di tengah jalan.

Selain itu, mengingat kompetisi di bisnis online sekarang yang sangat ketat, diperlukan kejelian dan fokus agar bisa bersaing dengan pemain lain. Berbisnis online ini tak boleh dilakukan asal-asalan kalau mau mencapai keberhasilan.

"Sebisa mungkin waktunya dibagi dengan baik. Jangan sampe cuma buat keren kerenan saja. Kalo misalnya masih kerja ya coba diatur waktunya sehingga pelayananya bisa bagus," ucap Zaky.

(Source: Detik.com)

Selasa, 09 Juni 2015

Pengertian Entrepreneurship

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.[butuh rujukan] Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.[butuh rujukan] Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.[butuh rujukan]

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).[butuh rujukan] Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.[butuh rujukan] Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.[butuh rujukan] Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya[butuh rujukan] dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.[butuh rujukan]Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

A. Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha.[butuh rujukan] Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.[butuh rujukan] Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.[butuh rujukan] Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.[butuh rujukan]

B. Sejarah kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755.[butuh rujukan] Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20.[butuh rujukan] Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.[butuh rujukan] Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada.[butuh rujukan] Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil.[butuh rujukan] Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.[butuh rujukan]DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.[butuh rujukan] Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.[butuh rujukan]

C. Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi.[butuh rujukan] Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.[butuh rujukan] Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar.[butuh rujukan] Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang.[butuh rujukan] Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.[butuh rujukan]

D. Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
1. Percaya diri
2. Berorientasikan tugas dan hasil
3. Berani mengambil risiko
4. Kepemimpinan
5. Keorisinilan
6. Berorientasi ke masa depan
7. Jujur dan tekun

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

E. Tahap-tahap kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:

1. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’.[butuh rujukan]Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.[butuh rujukan]

2. Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.[butuh rujukan]

3. Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.[butuh rujukan]

4. Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.[butuh rujukan]

F. Sikap wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:

1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi.[butuh rujukan] Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.[butuh rujukan] Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.[butuh rujukan] Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan.[butuh rujukan] Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan.[butuh rujukan] Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut.[butuh rujukan] Wirausahawan harus taat azas.[butuh rujukan] Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.[butuh rujukan] Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.[butuh rujukan]

2. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.[butuh rujukan] Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).[butuh rujukan] Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.[butuh rujukan] Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.[butuh rujukan]

3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan.[butuh rujukan] Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks.[butuh rujukan]Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.[butuh rujukan]

4. Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.[butuh rujukan] Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.[butuh rujukan] Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu.[butuh rujukan] Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.[butuh rujukan]

5. Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain.[butuh rujukan] Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.[butuh rujukan]Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.[butuh rujukan]

6. Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.[butuh rujukan]Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.[butuh rujukan]Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.[butuh rujukan]

G. Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:

1. Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

4. Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.

5. Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

6. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

7. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

H. Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.

Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.

Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:

1. Menciptakan lapangan kerja
2. Mengurangi pengangguran
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
5. Meningkatkan produktivitas nasional

(Source: Wikipedia.org)

Minggu, 07 Juni 2015

Erdogan: Turki Serius Akan Kembalikan Kejayaan Kekhalifahan Utsmaniyah

Turki di bawah Erdogan serius ingin mengembalikan posisi negara tersebut sebagai sentral umat Islam dengan tahapan-tahapan yang sistematis dan terukur. Komisi Konstitusi Parlemen Turki pun mulai mempersiapkan slogan baru yang resmi untuk Republik Turki yang sejak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani dikenal sebagai negeri sekuler.

Hal ini dapat dipastikan akan memicu perdebatan di dalam parlemen.

Erdogan menegaskan jika Turki akan mengembalikan lagi simbol-simbol Khilafah Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) yang sebelumnya telah diruntuhkan oleh antek Zionis-Israel bernama Mustafa Kamal Attaturk.

Hal-hal yang masuk dalam daftar rencana tersebut seperti pembangunan kamp militer Utsmaniyah di tengah kota Istanbul pada tahun 2013 yang memicu sejumlah aksi protes. Itu ditambah lagi dengan keputusan Erdogan untuk mengajarkan kembali bahasa Turki Utsmani kuno di sekolah-sekolah Turki. Hingga pada gilirannya, akan sampai ke pengagungan sejarah kejayaan Khilafah Utsmaniyah.

Termasuk yang menguatkan hal itu adalah fenomena terakhir dimana Erdogan dikelilingi oleh para tentara yang memakai seragam tradisional 16 negara yang pernah dikuasai oleh Khilafah Utsmaniyah sepanjang sejarah, saat menerima kunjungan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, kemudian yang terakhir kemarin Presiden Palestina Mahmod Abbas di istana negara.

Bahkan Erdogan diketahui telah menurunkan foto Mustafa Kemal di ruang kerjanya dan menggantinya dengan gambar Muhammad al Fatih.

Bahkan, ada pernyataan sangat jelas dari seorang politisi wanita dari partai AKP dalam twitternya, saat ia mengunggah foto pertemuan Erdogan dengan Abbas.

“Iklan (sekulerisme) yang ditampilkan selama 90 tahun telah usai dari umur Khilafah Utsmaniyah yang mencapai 600 tahun,” tulisnya seperti dikutip Muslim Info.

(Sumber: Eramuslim.com)

11 Keuntungan yang Akan Kamu Dapat Saat Memulai Bisnis di Usia Belia

Muda bukan berarti kamu terbatasai kan? Justru kalau kamu ingat “Yang muda yang berkarya”. Kamu yang masih berusia 20 tahuanan dan 30 tahunan masih memiliki bakat besar di berbagai bidang, termasuk di dunia bisnis. Di hasil riset sebelumnya, diketahui bahwa sebanyak 63,29% pelaku bisnis adalah kaum muda. Pebisnis muda kini bukan lagi hanya mimpi dan cita – cita semata. Siapa saja yang ingin berbisnis dan menghasilkan uang sendiri, bisa dengan mudah mereka lakukan. Bisnis online salah satu jawabannya. Banyak keuntungan lainnya yang bisa kamu dapatkan ketika kamu memutuskan untuk memulai bisnis di usia muda. Apa saja sih sebenarnya? Yuk kita lihat..

1. Membagi waktu
Tidak jarang enterpreneur muda memulai bisnisnya ketika masih menjadi mahasiswa. Sebagai enterpreneur yang merangkap tentu harus bisa membagi waktu antara kuliah dan kerjaan. Kapan harus fokus kuliah, kapan harus fokus kerja, semua harus diperhitungkan dengan matang agar keduanya berjalan dengan baik.

2. Pengalaman
Membuka usaha memang bukan hal mudah. Kamu pasti dituntut untuk tekun, kreatif, cerdas dan kerja keras. Dengan memulai bisnis di usia muda, pengalaman yang diraih makin banyak. Ibaratnya, kamu sudah maju satu langkah dibanding teman-teman seusiamu. Berbisnis juga melatih bertanggungjawab, apalagi jika bisnis sudah memperkerjakan karyawan. Ada tanggungjawab membayar gaji mereka setiap bulan. Pelajaran selama berbisnis lambat laun akan membentuk pribadi menjadi entrepreneur yang matang. Makin banyak pengalaman dan pelajaran yang diperoleh, makin kuat pula pondasi berbisnis di masa depan.

3. Kepercayaan
Saat sedang membangun usaha di usia muda, tak sedikit tantangan yang akan kamu hadapi. Namun, bila kamu tetap survive maka orang lain akan menilaimu gigi dan tangguh serta pantang menyerah mengelola usaha. Keluarga yang mungkin awalnya tidak percaya kamu akan sukses di bidang bisnis, tentu akan senang jika kamu berhasil menunjukkan bahwa kamu bisa. Berawal dari keluarga, lalu kemudian merambah ke pasar yang lebih besar. Semakin banyak yang puas dengan berbisnis denganmu, semakin banyak rekomendasi yang akan datang. Jangan pernah remehkan sistem rekomendasi, karena sangat efektif mendatangkan pelanggan.

4. Finansial
Dengan kamu memulai usaha sendiri, kamu tentu akan mendapatkan penghasilan. Berapapun penghasilan awal yang didapat tentu akan membuat kamu senang dan bangga. Bisa menghasilkan uang dari jerih dan payah sendiri, tanpa meminta orang tua, tanpa ikut bekerja di tempat orang lain. Kamu bisa mempersiapkan modal yang lebih besar tentunya

5. Networking semakin luas
Networking itu penting dalam bisnis. Saat menjalankan bisnis, kamu akan bertemu dengan banyak orang yang sarat pengalaman dalam dunia bisnis. Kamu bisa menjalin relasi dengan orang-orang yang belum kamu kenal. Kamu akan mendapatkan pelajaran bisnis yang berharga dari mereka. Kamu bisa menjalin komunikasi dalam sebuah komunitas bisnis. Dari sini, kamu memperoleh kesempatan untuk menawarkan produk atau jasa kepada mereka. Dengan memperkuat networking maka peluang berkembangnya usaha juga akan terbuka lebar.

6. Profesionalisme
Dengan kamu bekerja sejak muda maka akan melatih keprofesionalan kamu. Sejak muda kamu terlatih untuk bertemu dengan banyak orang, bernegoisasi dengan banyak orang. Hal ini tentu akan menjadikan dirimu secara tidak langsung menjadi sesorang yang profesional.

7. Kemampuan bertambah
Jika sejak muda sudah merintis karir menjadi pebisnis, berarti sudah pernah mengalami jatuh bangun dalam hal bisnis juga. Dalam bisnis kemampuan kamu akan di asah. Apakah kamu seseorang yang kreatif? Apakah kamu penjual yang baik? Apakah kamu pengelola keuangan? Dari semua yang sudah kamu lalui, kamu diberi kesempatan untuk mencari tahu. Dengan belajar sesuatu yang baru dan langsung dipraktekkan tentu akan menjadi poin tambah untuk kamu. Jika pertama gagal, maka untuk kedepannya kamu akan melakukan sesuatu yang baru agar hal tersebut tidak terulang kembali.

8. Menjadi mental baja
Dalam bisnis, adalah hal biasa untuk jatuh dan bangun. Kamu harus bersyukur jika memulai bisnis di usia muda. Jika kamu jatuh pun, kamu masih memiliki banyak waktu, usaha dan kesempatan untuk memulai lagi.

9. Mengasah kemampuan bahasa asing
Jika kamu berbisnis di sektor yang meng impor barang dari luar negeri ataupun ada pembeli yang dari luar negeri tentu kamu dituntut untuk bisa berbahasa inggris. Disini kemampuan kamu soal bahasa asing akan bertambah karena langsung di praktekkan berbicara dengan orang luar.

10. Melatih kepekaan
Sebagai penjual kamu harus peka terhadap pelangganmu. Ketahui apa yang diingini pelangganmu, apa saja yang harus kamu lakukan dan tidak lakukan terhadap pelanggan, apa saja yang harus kamu terhadap tren terkini.

11. Jaminan di hari tua
Membangun bisnis di usia muda tergolong berani dan hebat. Menandakan kamu berani menghadapi risiko yang terjadi saat menjalankannya. Kamu adalah tergolong orang yang hebat, karena bisa menghabiskan waktu untuk hal-hal berguna saat belum menua. Kamu mempersiapkan untuk kenyaman hari tua mu nanti.

Mulailah berbisnis sejak usia dini, jangan takut mengambil resiko, dan fokus dalam menjalaninya dan tetaplah junjung tinggi rasa nasionalisme kita dengan identitas kekayaan bangsa Indonesia karena kalau bukan kita yang membanggakan negara ini siapa lagi yang akan melakukannya. Begitu salah satu saran dari pemilik trovefootwear.com.

(Source: Mediabisnisonline.com)

Rabu, 03 Juni 2015

Indomaret, The Retailer

Indomaret adalah toko retail yang sangat mudah kita temui dimana-mana. Sekarang toko dengan warna merah, biru, kuning ini sudah berekspansi sampai ke desa-desa. Menurut penulis toko ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu pelayanan, design toko, dan kelengkapan barang.

Kita tahu bahwa shoopkeeper di indomaret memiliki karakter yang sebagian besar profesional dan memiliki performa yang menarik. Hal ini yang membuat customers merasa dilayani dengan baik. Sedangkan untuk design toko, indomaret menerapkan design yang moderen dengan menggunakan AC, Lampu LED, CCTV, Komputer, rak modern, dll, Ini yang membuat pelanggan betah dan merasa enjoy belanja kebutuhan sehari-harinya di sini. Dan Kelengkapan barang yang tersedia di indomaret mulai dari keperluan mandi, makan, pembayaran tagihan bulanan seperti listrik, telepon, cicilan sepeda motor, majalah, tabloit, ATM, dll, ada di indomaret. Jadi Pelanggan tidak perlu lagi repot-repot untuk memenuhi kebutuhan hariannya cukup dengan pergi ke indomaret, beres.

Namun Harga barang di indomaret sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan toko retail lainnya. Mungkin karena indomaret adalah toko waralaba jadi harganya menjadi lebih mahal karena ada pembagian profit disitu antara pemilik toko dengan pemilik brand. Tetapi masyarakatlah yang menilai apakah harga yang sedikit lebih mahal dari pada toko lain masih memberikan kepuasan dengan fasilitas yang mereka peroleh waktu berbelanja di indomaret. Dan terbukti indomaret masih bertahan dan terus berkembang sampai sekarang.