Sabtu, 28 Januari 2017

Audiensi SMK Pelayaran Yahari ke PUSDIKTEK, PUSDIKOPSLA, & Planetarium Surabaya

The Chinese Lunar New Year in Kenjeran Park

Bisnis adalah Salah Satu Jenis Ibadah

Amal kebaikan yang kita lakukan niatnya bukan untuk memperlancar bisnis yang kita miliki tetapi "Lillahi Ta’ala" (karena Allah Ta’ala). Kalau amalan yang kita lakukan tujuannya agar memperlancar bisnis yang kita miliki maka itu sama saja kita bertuhan kepada materi bukan kepada Allah. Mari kita memurnikan keimanan kita dengan meniatkan kembali semua amalan kita hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah. Dan bisnis kita adalah salah satu jenis amalan yang kita niatkan untuk beribadah kepada Allah, tentang hasil yang kita peroleh kita serahkan sepenuhnya kepada Allah dan wajib kita syukuri, yang terpenting adalah 'do the best in our business & never give up' seperti amalan-amalan lainnya yang harus kita lakukan dengan sebaik-baiknya agar diterima oleh Allah Ta'ala. Perlu kita ulangi sekali lagi bahwa berbisnis adalah beribadah, seperti amalan-amalan kebaikan lainnya yang bernilai ibadah di mata Allah SWT.

Rabu, 25 Januari 2017

Konsultasi Syari’ah : SEPUTAR MASALAH SIHIR

Pertanyaan 1 : 
Apakah penyakit yang Diderita Oleh saudara kami (Al-Akh Hisyam bin Abdillah Al-Limbory -Rohimahulloh-) Adalah Akibat Sihir ?

Jawaban :
Penyakit yang diderita oleh Hisyam Rohimahulloh adalah termasuk dari pengaruh sihir, bahwasanya beliau sakit yang pada tubuhnya mengalami pembengkakan -wallohu a’lam-.
Abu Muhammad Al-Maqdisy Rohimahulloh di dalam “Al-Kafy” berkata: “Sihir adalah kalimat-kalimat, bacaan-bacaan dan ikatan-ikatan yang memberikan pengaruh di dalam hati dan jiwa, dengan sihir itu menyebabkan kesakitan (penyakit), kematian dan perceraian antara suami dengan istrinya”, Alloh Ta’ala berkata:

{فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ}

“Mereka mempelajari dari keduanya apa-apa yang memisahkan dengannya antara suami dengan istrinya”. (Al-Baqaroh: 102).

Para pelaku sihir (tukang sihir) dalam menjalankan sihirnya memiliki berbagai bentuk, ada sihir yang terkadang bila mengenai obyek (yang terkena sihir) mengakibatkannya tidak mampu berdiri atau seakan-akan terkena sakit berat yang mengakibatkan seluruh tubuhnya kesakitan, sebagaimana yang dirasakan oleh Hisyam Rohimahulloh.

Penderitaan seperti ini bukan hanya beliau Rohimahulloh yang pertama kali merasakannya, bahkan Imam Ahli Tauhid sekaligus Imamul Muttaqiin Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah disihir oleh orang kafir yang bernama Labiid Al-A’shom, Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan Muslim di dalam “Ash-Shohihain” bahwa Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Istrinya (Aisyah Ash-Shiqqiqah):

جَاءَنِي رَجُلاَنِ، فَجَلَسَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، قَالَ: فِي مَاذَا؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعَةٍ، قَالَ: فَأَيْنَ هُوَ؟ قَالَ: فِي ذَرْوَانَ ” – وَذَرْوَانُ بِئْرٌ فِي بَنِي زُرَيْقٍ –

“Telah datang kepadaku dua orang,lalu duduklah salah satu dari keduanya di samping kepalaku, dan yang lain duduk di samping kakiku, maka berkatalah salah satu dari keduanya kepada temannya yang lain: Derita apa yang dirasakan orang ini? Dia (salah satu temannya tadi) berkata: Disihir. Dia bertanya: Siapa yang menyihirnya? Dia menjawab: Labid Ibnul A’shom, Dia bertanya: “Dengan apa dia disihir? Dia menjawab: Dengan sisir dan rambut-rambut yang gugur ketika disisir” Dia bertanya: Dimana dia? Dia menjawab: “Di Dzarwan (dan Dzarwan adalah sumur di Bani Zuroiq)”.

Dari hadits tersebut di ketahui bahwa alat yang dijadikan sebagai sarana sihir di simpan di sumur, penyimpanannya adapula di selain sumur, seperti di dalam gua, penampungan air, di kamar pusaka, di bawah pohon beringin atau di pohon-pohon besar yang dikeramatkan atau tempat-tempat aneh lainnya.

Tukang sihir dalam menjalankan sihirnya dengan beragai macam, terkadang mereka menggunakan foto orang yang mau disihir, atau boneka sebagai perantara (pengganti gambar orang yang mau disihir), atau pakaian-pakaian, rambut-rambut dan apa saja yang berkaitan dengan orang yang akan mereka sihir, mereka mengambil dan meletakan bahan-bahan tersebut di tempat-tempat yang mereka telah tentukan, atau terkadang tukang sihirnya langsung melepaskan sihir-sihir mereka ketika mereka berhadapan dengan orang yang akan mereka sihir, Alloh Ta’ala berkata:

{قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ} [الأعراف: 116]

“Berkata (Musa kepada tukang sihir Fir’aun): “Lemparkanlah sihir-sihir kalian!” Maka tatkala mereka telah melemparkan sihir-sihir maka tersihirlah mata-mata manusia sehingga mereka kagum dengan sihir-sihir tersebut, yang mereka mendatangkan dengan sihir yang besar”. (Al-A’rof: 116).

Walaupun para tukang sihir berupaya sekuat tenaga namun bila orang yang mereka ingin sihir itu adalah Ahli Tauhid maka tidaklah memudharatkan Ahli Tauhid atas apa yang mereka upayakan, Alloh Ta’ala berkata:

{لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى} [آل عمران: 111]

“Tidaklah memudharatkan kalian (perbuatan mereka) melainkan hanya gangguan saja” (Ali Imron: 111). Dan Alloh Ta’ala berkata:

{وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى} [طه: 69]

“Dan tidaklah beruntung tukang sihir dari mana pun mereka datang”. (Thoha’: 69).

Dan kalau pun ada dari kalangan Ahli Tauhid wafat karena pengaruh sihir maka itu hanyalah ujian dan tanda kebaikan baginya serta kabar gembira baginya karena itu adalah sebab baginya untuk bersegera masuk ke dalam Jannah (surga), Alloh Ta’ala berkata:

{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)} [البقرة: 155 – 157]

“Dan sungguh kami akan menguji kalian dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan dari harta-harta, jiwa-jiwa (kematian) dan buah-buahan dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar”. Yang mereka (orang-orang yang bersabar) itu bila musibah menimpah mereka maka mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan sesungguhnya kami hanya kepadanya akan kembali. Mereka itulah yang mendapatkan sholawat (doa) dan rohmat dari Robb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqaroh: 155-157).

Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan Muslim di dalam “Ash-Shohihain” dari ‘Atho bin Abi Robah, beliau berkata: Berkata kepadaku Ibnu ‘Abbas: “Tidaklah kamu mau melihat kepada wanita dari ahli jannah (penduduk surga)? Maka aku katakan: “Tentu”, Diapun berkata:

هذِهِ المْرأَةُ السوْداءُ أَتَتِ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وإِنِّي أَتكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّه تَعَالَى لِي

“Wanita yang hitam ini datang kepada Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu berkata: “Sesungguhnya saya menderita sakit ayan dan tersingkap auratku, doakanlah Alloh Ta’ala untuk (menyembuhkanku)!” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

“إِن شئْتِ صَبَرْتِ ولكِ الْجنَّةُ، وإِنْ شِئْتِ دعَوْتُ اللَّه تَعالَى أَنْ يُعافِيَكِ”

“Jika kamu mau bersabar maka untukmu jannah dan jika kamu mau aku mendoakanmu kepada Alloh (untuk menyembuhkanmu) maka kamu akan sembuh”. Maka wanita hitam tadi berkata:

أَصْبرُ،

“Aku akan bersabar!”. Dan dia berkata:

إِنِّي أَتَكشَّفُ، فَادْعُ اللَّه أَنْ لا أَتكشَّفَ، فَدَعَا لَهَا.

“Sesungguhnya tersingkap auratku (ketika penyakit tersebut datang) maka berdoalah kepada Alloh supaya tidak tersingkap auratku! Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakannya”.

Pertanyaan 2 :
Apakah Setiap Orang Yang Terkena Sihir Masuk Jannah?

Jawaban :
Tidak semua orang yang terkena sihir akan masuk Jannah (surga), akan tetapi yang masuk Jannah hanyalah orang-orang yang beriman, yang mereka adalah Ahli Tauhid, yang mereka membenci kesyirikan, bid’ah dan maksiat, bagaimana pun keadaan mereka ketika mati, selama mereka husnul khotimah (berkesudahan yang baik) di atas mentauhidkan Alloh Ta’ala maka mereka adalah Ahli Jannah (penghuni surga), Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

“مَنْ مَات لاَ يُشرِكُ بِاللَّه شَيْئاً دخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ ماتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً، دَخَلَ النَّارَ”

“Barang siapa yang mati dan dia tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu (apapun) maka dia masuk Jannah dan barang siapa yang mati sedangkan dia menyekutukan Alloh dengan sesuatu (apapun) maka dia masuk neraka” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah).

Adapun tukang sihir dan orang-orang yang meminta bantu kepada sihir-sihir mereka serta mendukung sihir-sihir mereka dalam menyihir manusia maka mereka itulah ahlu syirik (pelaku syirik) yang tempat mereka di dalam neraka, Alloh Ta’ala berkata:

{مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]

“Barang siapa yang menyekutukan Alloh maka sungguh Alloh telah mengharomkan baginya Jannah dan tempat kembalinya adalah neraka. Dan tidaklah bagi orang-orang zhalim itu ada penolong”. (Al-Maidah: 72).

Pertanyaan 3 :
Apakah Yang Diperbuat Oleh Seseorang Bila Dia Disihir ?

jawaban :
1. Dia berlindung kepada Alloh Ta’ala dari sihir tersebut, diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah di dalam “Sunan”nya dari ‘Urwah dari ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ، وَأَمْسَحُ عَلَيْهِ بِيَدِهِ، رَجَاءَ بَرَكَتِهَا

“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu kalau sudah sakit beliau membaca atas dirinya (meruqyah dirinya) dengan al-mu’awwidzaat (surat An-Naas dan Al-Falaq) kemudian beliau meniupnya, maka tatkala semakin berat sakitnya maka aku membacakan atas dirinya dan aku usap bacaanku di atas tangannya dengan harapan ada berkahnya”.

2. Memperbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an, Alloh Ta’ala berkata:

{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا} [الإسراء: 82]

“Dan diturunkan dari Al-Qur’an apa-apa yang dia adalah obat (penyembuh) dan rohmat bagi orang-orang yang beriman, dan tidaklah menambah bagi orang-orang yang zholim melaikan kerugian”. (Al-Isro’: 82).

Pertanyaan 4 :
Kalau Seseorang Tidak Mampu Meruqyah Dirinya Bolehkah Baginya Meminta Untuk Diruqyah ?

Jawaban :
Sebaiknya dia tidak meminta untuk diruqyah akan tetapi dia bersabar meruqyah dirinya sendiri, karena kalau dia meminta diruqyah maka dia dikhawatirkan tidak termasuk dalam 70.000 (tujuh puluh ribu) umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang masuk Jannah dengan tanpa hisab dan tanpa azab sebagaimana disebutkan di dalam “Ash-Shohiain” dari hadits Abdulloh bin ‘Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma.

Berbeda halnya kalau dia meruqyah dirinya tiba-tiba ada yang mengetahuinya lalu ikut membantu meruqyah dirinya maka ini adalah amalan kebaikan yang pernah dilakukan oleh Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mampu untuk meruqyah dirinya sendiri maka Aisyah meruqyahnya sebagaimana di sebutkan di dalam “Ash-Shohihain”.

Dan meruqyah seseorang adalah termasuk amal kebaikan, yang dengan itu memberikan manfaat kepada orang yang diruqyah, berkata Al-Imam Ahmad Rohiahulloh di dalam “Musnad”nya: “Telah menceritakan kepada kami Waki’, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abi Sufyan, dari Jabir, beliau berkata:

كَانَ خَالِي يَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ، فَلَمَّا نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرُّقَى، أَتَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى، وَإِنِّي أَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ، فَقَالَ: ” مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

“Dahulu pamanku meruqyah dari gigitan kalajengking, maka tatkala Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang dari meruqyah maka pamanku mendatanginya lalu berkata: Ya Rosulalloh! Sesungguhnya kamu telah melarang dari meruqyah dan aku meruqyah dari cengatan kalajengking, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Barang siapa yang dia mampu untuk memberikan manfaat kepada saudaranya maka hendaklah dia lakukan”. (Hadits ini adalah shohih, para perowinya semuanya tsiqot (terpercaya) kecuali Abu Sufyan dan dia namanya adalah Tholhah bin Nafi’ yang termasuk perowi Al-Imam Muslim).

Pertanyaan 5 :
Apa Yang Diucapkan Bila Seseorang Meruqyah Orang Lain Setelah Diruyah Meninggal Dunia ?

Jawaban :
Mengucapkan seperti yang Alloh Ta’ala jelaskan di dalam surat Al-Baqaroh:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)} [البقرة: 155 – 157]

“Mereka (orang-orang yang bersabar) itu bila musibah menimpah mereka maka mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan sesungguhnya kami hanya kepadanya akan kembali”.

Pertanyaan 6 :
Apakah Boleh Meruqyah Dengan Bacaan Mantra-mantra ?

Mantra-mantra (guna-guna) atau dikenal dalam bahasa Buton “ngaji-ngaji” atau “pbatata ho sumanga” (mengalap berkah untuk roh nenek moyang) adalah termasuk dari kesyirikan, sama saja mantra-mantra tersebut digunakan untuk sihir (ilmu hitam) atau digunakan untuk penyembuhan (ilmu putih) tetap hukumnya tidak boleh karena keduanya termasuk dari kesyirikan, Alloh Ta’ala berkata:

{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]

“Dan ketika Luqman berkata kepada putranya dan dia dalam memberikan nasehat kepadanya: Wahai putraku janganlah kamu menyekutukan Alloh! Sesungguhnya kesyirikan adalah kezholiman yng besar”. (Luqman: 13).

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seseorang ketika meruqyah dengan membaca mantra-mantra, akan tetapi dia meruqyah dengan membacakan ayat-ayat dari Al-Qur’an dan dzikir-dzikir yang shohih yang dikenal makna dan maksudnya, berkata Abu Ahmad:

وَأَمَّا الرُّقَى الَّتِي بِآيَاتِ الْقُرْآنِ وَبِالْأَذْكَارِ الصَّحِيْحَةِ الْمَعْرُوفَةِ فَلَا نَهْيَ فِيهَا بَلْ هِيَ سُنَّةٌ.

“Dan adapun ruqyah-ruqyah dengan ayat-ayat Alloh dan dengan dzikir-dzikir (doa’doa) yang shohih yang dikenal maka tidak ada larangan padanya, bahkan dia adalah sunnah”.

(Source : Thibbalummah.wordpress.com)

Minggu, 22 Januari 2017

Al Quran terjemahan Bahasa Indonesia, Tafsir Al Jalalain, Latin, MP3 30 Juz.

Semua Fitur Gratis Tanpa Pembatasan
Al Quran digital dengan terjemahan Bahasa Indonesia dan audio mp3 murottal full, 114 surah atau 30 juz tanpa pembatasan. Serta tampilan antar muka yang user friendly.

Fitur-fitur:
- Design yang menarik, menggeser layar untuk ke surah berikutnya dan sebaliknya ketika membaca Al Quran.
- Baca Al Quran bisa dengan mode layar lanscape atau portait.
- Surah Index (daftar Surah).
- Juz Index (daftar Juz).
- Rasm / penulisan (IndoPak dan Utsmani style).
- Tulisan latin (Transliterasi).
- Terjemahan Bahasa Indonesia, pilihan terjemahan (KemenAg-RI dan Tafsir Al Jalalain Indonesia).
- Bookmark ayat-ayat Al Quran.
- Salin (copy) ayat-ayat Al Quran.
- Bagikan (share) ayat-ayat Al Quran.
- Penanda bacaan terkahir.
- Melihat kata per kata terjemahan berdasarkan dari Arabic-nya ke Bahasa Indonesia
- Audio mp3 murottal 30 juz (Pilihan qori ada 7, diantaranya: Syaikh Hani Ar Rifai, Syaikh Mishary Rashid, Syaikh Fares Abbad, Syaikh Mahmud Khalil Al Husary, Syaikh Maher Al Muaiqly, Syaikh Saad Al-Ghamdi dan Syaikh Muhammad Jebril).
- Audio control murottal (play, pause, stop, next, prev, repeat).
- Audio manager murottal (untuk mendownload atau menghapus file audio murottal sekaligus banyak).
- Pencarian ayat-ayat berdasarkan kata kunci di terjemahan.
- Jadwal sholat atau waktu sholat dan imsakiyah.
- Kalendar jadwal sholat dan imsakiyah untuk 30 hari ke depan.
- Arah kiblat.
- Kalender hijriah.
* Dan fitur-fitur berikutnya yang sedang dalam pengembangan.

Download:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.andi.alquran.id

Wanita Berlisan Al-Quran

Kisah menakjubkan berikut ini dikisahkan oleh Hadhrat Abdullah bin Mubarak.

Seorang wanita tua duduk di atas sebatang kayu (pohon) dalam perjalanan menunaikan ibadah haji. Hadhrat Abdullah bin Mubarak rahimahullah kebetulan melewati jalan itu. Ia juga hendak menuju ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan mengunjungi makam Nabi shallallahu alaihi wasallam. Melihat seorang wanita yang terlihat khawatir dan kesulitan, ia berkata kepadanya. Pembicaraan tersebut dikisahkan sebagai berikut:

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah):“Assalamu’alaikum warahma-tullah.”

Sang wanita: “(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS Yasin *36+ : 58). Dia bermaksud bahwa jawaban salam adalah dari Allah Ta’ala, Kemudian dia berkata lagi:
“Barangsiapa yang Allah sesatkan , maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk.” (QS Al-A’raaf *7+ : 186). Maksudnya dia sedang tersesat.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Darimana asalmu?”

Sang Wanita: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha.” (QS al-Israa [17] : 1) Maksudnya dia berasal dari Masjidil Aqsa

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Sudah berapa lama anda disini?”

Sang Wanita: “selama tiga malam: (QS Maryam [19] : 10)

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Bagaimana engkau makan?”

Sang Wanita: “dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, (QS Asy-Su’ara *26+ : 79)” Maksudnya dengan satu cara atau lainnya, Allah member makan kepadanya.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Adakah air untuk berwudhu?”

Sang Wanita: “kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).” (QS An-Nisaa [4] : 43). Maksudnya dia melakukan tayammum karena tidak menemukan air.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Ini ada sedikit makanan, ambillah!”

Sang Wanita: “sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,” (QS Al-Baqarah [2] : 187). Dia ingin menunjukkan bahwa dia sendang berpuasa.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Ini bukan bulan Ramadhan.”

Sang Wanita: “Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2] : 156). Maksudnya ia melaksanakan puasa sunnah.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Membatalkan puasa dalam perjalanan diperbolehkan.”

Sang Wanita: “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.: (QS Al-Baqarah [2] : 184)

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Bicaralah sebagaimana saya berbicara.”

Sang Wanita: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf [50] : 18). Maksudnya karena setiap perkataan seseorang diawasi dan dicatat, maka dia bersikap hati-hati dengan berbicara hanya dengan kata-kata di dalam Al-Qur’an.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Dari suku mana asalmu?”

Sang Wanita: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa [17] : 36). Maksudnya bahwa hal-hal yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya dan bukan merupakan urusanmu, engkau hanya membuang-buang waktu dengan menanakannya.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Maaf, saya sungguh telah berbuat kesalahan.”

Sang Wanita: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu).” (QS Yusuf *12+ : 92)

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Maukah anda berkendaraan dengan untaku dan menemui kelompokmu?”

Sang Wanita: “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” (QS Al-Baqarah [2] : 197). Maksudnya jika anda berbuat baik kepadakum Allah akan memberikan balasan bagimu.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Kalau begitu naiklah.” Lalu beliau menundukkan untanya (yakni membuat unta itu duduk agar dapat dinaiki wanita tersebut, -pen).

Sang Wanita: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya.” (QS An-Nuur [24] : 30).

Hadhraat Adullah memahaminya dan berpaling. Ketika wanita tersebut menaiki unta, unta tersebut menyentak dan pakaian wanita tersebut terlilit di pelana dan dia pun berseru: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri” (QS Asy-Syuura [43] : 30). Dengan kata lain, ia hendak meminta perhatian Hadhrat Abdullah bin Mubarak rahimahullah terhadap kecelakaan tersebut.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah) memahaminya dan ia mengikat kaki unta dan meluruskan tali pelana.

Wanita tersebut memuji kecekatan dan kemampuannya dengan mengakatan: “maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman” (QS Al-Anbiyaa [21] : 79).

Ketika perjalanan akan dimulai, wanita itu membaca ayat yang dibaca ketika melakukan perjalanan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami”. (QS Az-zukhruf [43] : 13-14)

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah) memegang tali kekang unta tersebut. Dia mulai menyenandungkan Huddi, nasyid Arab yang terkenal di dalam perjalanan dan dia mulai berjalan dengan cepat.

Sang Wanita: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.” (QS Luqma [31] : 19)

Hadhrat Abdullah bin Mubarak memahaminya. Dia mulai berjalan lebih lambar dan merendahkan suaranya.

Sang Wanita: “bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an.” (QS Al-Muzammil [73[ : 20). Maksudnya, daripada menyenandungkan Huddi, ia sebaiknya membaca Al-Qur’an.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahima-hullah) mulai membaca Al-Qur’an.

Sang wanita menjadi sangat senang dan berkata: “Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS Al-Baqarah [2] : 269)

Setelah membaca Al-qur’an selama beberapa saat, Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah) bertanya kepada wanita tersebut jika ia mempunyai suami: “Wahai bibi, apakah anda mempunyai suami?” (maksudnya apakah dia masih hidup)

Sang Wanita: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu,” Wanita itu bermaksud mengatakan bahwa seharusnya tidak ada perntanyaan mengenai hal tersebut, yang menunjukkan mungkin suaminya telah meninggal. Akhirnya mereka pun dapat menyusul rombongan wanita itu.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Apakah anda memiliki anak atau kerabat dalam romongan itu yang memiliki hubungan denganmu?”

Sang Wanita: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” Dia bermasud bahwa dia memiliki anak-anak bersama rombongan tersebut dan mereka membawa perbekalan bersamanya.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Apa yang dilakukan oleh anak-anakmu untuk rombongan ini? (Maksud pertanyaan Hadhrat Abdullah adalah untuk memudahkan mengenali anak-anak wanita tersebut).

Sang Wanita: “dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS Al-Nahl [16] : 16). Maksudnya bahwa anaknya adalah penunjuk jalan bagi rombongan tersebut.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “Bisakah anda mengatakan nama mereka kepadaku?”

Sang Wanita: “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS An-Nisaa [4] : 125). “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu.” (QS Maryam *19+ : 12). “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung .” (QS An-Nisaa [4[ : 164). Dengan membaca ayat-ayat ini, wanita tersebut mengabarkan bahwa nama anak-anaknya adalah Yahya, Ibrahim dan Musa.

Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah) memanggil nama-nama tersebut dari romongan itu dan tiga orang anak muda segera mendekat.

Sang Wanita: “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu” (QS Al-Kahfi [18] : 19). Dengan kata lain dia memerintahkan anak-anaknya untuk memberi makan Hadhrat Abdullah.
Ketika makanan telah dibawakan, dia berkata kepada Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah): “”Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. (QS Al-Haaqah [69] : 24), dan bersama ayat tersebut dia membaca ayat lain, maksudnya adalah untuk menunjukan rasa terima kasihnya kepada Hadrath Abdullah atas kebaikannya. Ayat tersebut adalah: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS Ar-Rahmaan [55] : 60)

Percakapan mereka berakhir pada ayat ini.

Anak wanita itu mengabarkan kepada Hadhrat Abdullah bin Mubarak (rahimahullah) bahwa ibunya telah berbicara dengan cara seperti itu, yakni hanya menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam perkataannya, selama 40 tahun terakhir.

Subhanallah

(Source : Dhejemuhamad.wordpress.com/2011/04/07/wanita-berlisan-al-quran)

Sabtu, 21 Januari 2017

Penelitian ilmiah pengaruh bacaan al Qur'an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya. Subhanallah, menakjubkan!

“Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur’an…”.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).

(Source : Arrahmah.com)

Senin, 16 Januari 2017

Alun Alun Kota Sidoarjo

Alun-alun kota Sidoarjo menjadi destinasi wisata keluarga yang menarik, karena di sini para pengunjung dapat menikmati landscape yang menarik dan sara permainan yang bermacam-macam. Kemarin kami sekeluarga berkunjung di alun-alun kota petis ini. Kami sampai di tempat tersebut sekitar jam 5 sore dan berjalan-jalan menikmati pemandangan di sana. Anak pertama kami, Zaky (7 tahun), mencoba berbagai macam permainan yang ada di sana, dia merasa senang sekali. Kondisi alun-alun sekarang sangat berbeda dengan waktu saya kuliah dulu sekitar tahun 2006, dulu banyak sekali PKL yang berjualan disini, tetapi beberapa tahun terakhir ini pemerintahan kabupaten Sidoarjo melarang para PKL berjualan di area alun-alun karena sering merusak tanaman di sana. Dan para PKL dipindah di daerah sekitar GOR Sidoarjo. Saya kira kebijakan tersebut memberi hasil positif terhadap kondisi alun-alun saat ini yang menjadi Open Place yang sangat hijau dan asri. Berwisata disini selain menarik juga bisa menghemat budget karena kita bisa membawa sendiri makanan dari rumah.