Senin, 21 Desember 2015

2 Things to Do Before Bed That Will Jump Start Tomorrow

To maximize your time and efficiency, here are two essential and easy things you should do before bed that will make help transform your waking hours into super productivity.

1. Turn off your phone.

Sleep is a crucial part of the successful entrepreneur’s healthy lifestyle. Once you’ve checked your calendar and you know what’s ahead for tomorrow, put the phone on silent or turn it off to ensure it doesn’t beep, chime or ring and disturb your REM cycle. Disruptions to your sleep will leave you tired and slow your performance.

To keep your productivity at its highest level, make sure you eliminate any hindrances to your sleep cycle. That email or text message can wait until tomorrow. Turn off your phone or put it on silent to ensure a good night’s sleep.

2. Read a real book.

One last thing to contribute to your good sleep is to read a quality book. You can decide what a quality book is to you, but reading before bed is a great way to make that final transition into sleep.

It will also keep you away from bright lights and electronics (hint: don’t read on your phone or tablet, the light might disrupt your eyes and affect your sleep cycle) and soothe your body into the sleeping process.

(Source: Entrepreneur.com)

Minggu, 20 Desember 2015

Bukan Passive Income tetapi Kecintaan pada Bisnis

ADA pemahaman yang berkembang di kalangan para pengusaha baru yang perlu diluruskan. Di antaranya adalah pemahaman bahwa, sebuah bisnis yang berhasil adalah yang bisa running by it self. Berjalan menggunakan sistem otomatis dan Anda tidak perlu hadir di dalamnya.

Pengusaha membayangkan untuk bisa jalan-jalan keluar negeri menikmati liburan selama satu bulan, kemudian setelah pulang penghasilan bisnisnya justru naik, tanpa harus lelah berpikir. Luar biasa sekali! Mungkin hal ini bisa di beberapa jenis bisnis, misalnya MLM (Multi Level Marketing), namun hal ini tidak bisa digeneralisasi demikian. Dan secara umum teori yang memiliki nama umum Passive Income  ini tidak bisa dijalankan.

Konsep ini pernah saya baca di beberapa buku best seller dunia. Saya tidak ingin menyangkal konsep ini, tapi coba kita pikir ulang dan lihat realitas di lapangan, agar mimpi yang terlalu indah tersebut tidak justru menyesatkan kita dan agar kita tidak terlalu menganggap enteng bisnis. Bisnis itu sulit, bahkan sangat sulit, perlu banyak pemikiran, inovasi, dan kerja keras!

Perkembangan bisnis secara umum itu terbagi dua, pertama adalah bisnis yang baru dimulai, usianya di bawah lima tahun. Usia bisnis di bawah 5 tahun biasanya belum melampaui titik stabil, sehingga masih memerlukan perhatian ekstra dari pemilik bisnisnya. Kehadirannya secara langsung dalam bisnis lebih intensif sangat diperlukan.

Kedua adalah bisnis yang sudah melampaui masa 5 tahun. Bisnis ini sudah matang sehingga relatif lebih stabil. Bisnis ini sudah melalui masa kritis di 5 tahun masa pertumbuhannya. Bisnis yang sudah melampaui masa  5 tahun biasanya sudah memiliki tim yang profesional, sistem yang bisa dijalankan dengan baik, memiliki pelanggan serta operasional cash flow  (OCF) yang positif (artinya untung).

Namun, baik bisnis yang berusia kurang dari 5 tahun maupun lebih, tidak pernah bisa sama sekali terputus dengan pemilik bisnisnya. Bisnis di atas 5 tahun, mungkin tidak memerlukan keterlibatan pemilik secara operasional untuk melaksanakan hal-hal yang sifatnya teknis. Namun controlling itu tidak bisa diabaikan sama sekali. Pemilik harus tetap melakukan pengawasan dan pengontrolan.

Konsep passive income, seolah-olah sebuah fase keberhasilan yang menjadi target para pengusaha baru. Mengapa mereka ingin passive income? Karena mereka ingin santai tanpa bekerja, tetap dapat uang. Ide ini bisa jadi cemerlang, tapi menunjukkan adanya kesalahan persepsi bagi penganutnya.

Apa yang salah? Coba kita telusuri. Mengapa orang ingin passive income? Karena mereka tidak ingin capek bekerja keras dalam bisnisnya. Mengapa mereka ingin menghindari bisnis yang active? Karena mereka berpikir bahwa bisnis yang active  itu akan selalu capek, menyita energi dan waktu. Mending passive tapi tetap dapat uang.

Inilah letak kesalahpahamannya, karakter capek bekerja dan ingin segera keluar dan terbebas dari pekerjaan, itu karakter karyawan, bukan karakter entrepreneur. Seorang entrepreneur dituntut untuk mencintai bisnisnya. Dan para entrepreneur sejati, mereka sangat menyukai bisnisnya. Bagaimana mereka berpikir untuk meninggalkan sesuatu yang sangat dia sukai?

Bill Gates misalnya, saat dia masih aktif dalam bisnisnya pernah mengatakan. “Tiada hari tanpa memikirkan Microsoft”. Mengapa dia mengatakan demikian? Karena dia menyukainya. Bahkan, dia pernah ditanya oleh mahasiswa Harvard University (tempat dia pernah kuliah S2 tapi di-drop out), mahasiswa bertanya.

“Tuan Bill Gates, bukankah Anda sudah sangat kaya, mengapa Anda setiap hari masih mau pergi ke kantor?”. Bill Gates kaget dengan pertanyaan itu, dia menjawab, “Bagaimana saya meninggalkan sesuatu yang sangat suka mengerjakannya?”.

Keinginan untuk passive dalam bisnis atau pensiun dari bisnis tapi tetap dapat penghasilan, itu muncul dari kenyataan bahwa banyak para pebisnis yang capek. Mereka capek mengoperasikan bisnisnya siang dan malam sehingga kehidupannya tergadai.

Inilah yang membedakan sebenarnya, yakni antara Business Operator dan Business Owner. Dalam bisnis, jika Anda tidak berhasil melakukan pendelegasian dengan memanfaatkan leverage (daya ungkit) yang ada, maka Anda akan lelah. Namun sebaliknya, jika Anda berhasil menciptakan sistem yang bagus, manajemen yang solid, culture business yang kondusif, maka sebagian pekerjaan Anda bisa diselesaikan oleh anak buah Anda.

Namun tetap saja, ada hal-hal yang tidak bisa Anda wakilkan. Dan jika hal-hal khusus yang seharusnya tidak Anda wakilkan tadi ternyata Anda wakilkan juga, maka tunggulah saatnya bisnis Anda akan diambil oleh anak buah Anda.

Apapun bisnis Anda, berapapun usianya, Anda harus tetap terhubung (engage) dengan bisnis tersebut. Secanggih apapun sebuah pesawat yang punya sistem otomatis, tetap memerlukan pilot.

(Source: M.kaltimpost.co.id/berita/detail/41534/mungkinkah-bisnis-bisa-berjalan-tanpa-anda)

Selasa, 15 Desember 2015

Menjadi Pembisnis yang Fokus setelah Itu Menjadi Seorang Investor dan Filantropis

Membahas tentang dilema menjadi seorang pembisnis untuk fokus di satu bidang usaha atau di banyak usaha maka alangkah baiknya memperhatikan statement berikut ini, bahwa: Pembisnis memang harus fokus di satu bidang bisnis/usaha saja agar dia bisa memenangkan persaingan di bidang usaha tersebut, namun seorang investor harus menanam modal di beberapa bidang usaha untuk meminimalisir kerugian dia saat berinvestasi apabila hanya berinvestasi di satu bidang usaha saja.

Jadi seorang pembisnis yg sukses di satu bidang bisnis yang dia geluti bisa berinvestasi di bidang usaha lain tanpa harus bercampurtangan 100% akan bidang usaha tersebut. Sebagai seorang investor dia cukup memperhatikan laporan keuangan dari perusahaan yang telah dia investasikan tersebut. Hal itu sudah banyak dipraktekkan oleh pengusaha-pengusaha kelas dunia untuk mengembangkan bisnisnya.

Berikut adalah berita tentang sosok pembisnis, investor, dan filantropis yaitu Bill Gates yang menjadi seorang pembisnis yang fokus dan setelah itu menjadi seorang investor dan filantropis yang hebat, dikutip dari Liputan6.com:

"Bill Gates Tambah Harta Rp 105 Triliun Bukan dari Microsoft"
By: Siska Amelie F Deil, on 17 Sep 2013 at 21:15 WIB

Selama 20 tahun berturut-turut, Bill Gates selalu mengukir namanya sebagai orang terkaya di Amerika Serikat (AS) versi Forbes. Data Bloomberg's Billionaire Index bahkan mencatat bekas mahasiswa Harvard ini kembali tercatat sebagai orang terkaya di dunia dengan tambahan harta sebesar US$ 9,8 miliar atau setara Rp 105,98 triliun.

Namun seperti dilansir Business Insider, Selasa (17/9/2013), tambahan harta kekayaan Gates tersebut ternyata bukan berasal dari Microsoft, raksasa perusahaan teknologi informasi yang dibangunnya. Tambahan pundi-pundi uang Gates justru berasal dari sejumlah perusahaan lain yang tengah dilakoninya.

Gates diketahui memiliki perusahaan investasi, Cascade, yang mengoperasikan produsen pembuat traktor besar Deere & Co. Tak hanya itu, Gates juga memiliki saham di perusahaan Canadian National Railway dan perusahaan pembuat botol produk minuman Mexican Coke, Femsa.

Menanamkan modal di luar Microsoft merupakan cara cerdas yang ditempuh Gates untuk meningkatkan jumlah hartanya. Terbukti kekayaan Gates bertambah US$ 9,8 miliar sejak awal 2013. Tak hanya itu, sejak awal 2012 hingga 2013, hartanya bertambah US$ 7 miliar.

Kini Microsoft tampaknya bukan satu-satunya pencetak uang bagi Gates. Microsoft tercatat hanya menyumbang seperlima dari jumlah kekayaan bersihnya yang berjumlah US$ 72 miliar.

Meski menjadi konglomerat terkaya di dunia,  Gates sudah terkenal dengan kedermawannya. Dia berjanji menyumbangkan sebagian besar hartanya setelah meninggal.

Gates juga merupakan salah satu pendiri Giving Pledge, sebuah komunitas orang-orang kaya yang menyumbangkan sebagian besar kekayaannya. Lewat komunitas amal ini, Gates tercatat telah menyumbang sedikitnya US$ 28 miliar sejak 2007 hingga 2012. Namun hartanya tampak tak pernah habis.

Dari berita tersebut bisa kita simpulkan fase kehidupan seorang pembisnis yang hebat yaitu:
1. Menjadi seorang pembisnis yang fokus di satu bidang usaha sampai menguasai pasar dunia.
2. Setelah sukses dan mempunyai banyak modal dia bisa berinvestasi di beberapa bidang usaha yang potensial.
3. Menjadi seorang filantopis dan bermanfaat bagi sesama.

Minggu, 13 Desember 2015

Radio Internet

Penemuan internet mulai mengubah transmisi sinyal analog yang digunakan oleh radio konvensional. Radio internet (dikenal juga sebagai web radio, radio streaming dan e-radio) bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara lewat internet. Prinsip kerjanya hampir sama dengan radio konvensional yang gelombang pendek (short wave), yaitu dengan menggunakan medium streaming berupa gelombang yang kontinyu. Sistem kerja ini memungkinkan siaran radio terdengar ke seluruh dunia asalkan pendengar memiliki perangkat internet. Itulah sebabnya banyak kaum ekspatriat yang menggunakan radio internet untuk mengobati rasa kangen pada negara asalnya. Di Indonesia, umumnya radio internet dikolaborasikan dengan sistem radio analog oleh stasiun radio teresterial untuk memperluas jangkauan siarannya.

(Source: Wikipedia.org)