Selasa, 17 Oktober 2017

Hay Day

Bermain Game 'Hay Day' bisa membangkitkan semangat kita di dunia Agribisnis. Game besutan Supercell ini mengajak para gamer merasakan sensasi menjadi seorang Agribisnis yang sukses dan bahagia. Game ini adalah game simulasi yang bagus dan menarik untuk dimainkan. Let's try it.

Senin, 16 Oktober 2017

Mengikat Makna Update

"Membaca dan menulis adalah sepasang sayap yang berhasil menerbangkan diri saya ke sebuah ketinggian yang tidak terbayangkan" page 3

"Nah, lewat buku ini, saya hanya ingin memberikan satu peluang besar agar siapa saja yang ingin dapat menulis, pertama-tama, dapat mendapatkan manfaat langsung dan nyata dari kegiatan menulisnya. Apa manfaat itu? Manfaat menulis yang ingin saya bagikan lewat buku ini adalah manfaat menulis untuk sebuah upaya memperbaiki diri." page 45

Sabtu, 07 Oktober 2017

Driving Slow on Sunday Morning

Habis ngasi pakan ke sapi saatnya untuk jalan-jalan. Destinasi jalan-jalannya juga tidak lah jauh cukup keliling Luwung, Tulangan, Ngemplak, Kendal, & kembali lagi ke Luwung. Kendaraan yang aku pake Grand Max Pick-Up yang aku gunakan untuk bawa pakan sapi dari Pasar Porong kemarin malam. Budge-nya juga 'tanpa biaya' karena cuma keliling saja, dan yang penting bisa happy. Sambil ditemani musik dari radio mobil bikin suasana lebih enjoy. Jadi ingat lirik lagu 'Maroon' 5 di album mereka 'Songs about Jane' yang berjudul 'Sunday Moring' yang berbunyi seperti ini "Draving slow on Sunday morning, And I never want to leave".

#HappySunday

Biografi Singkat Puspo Wardoyo


Puspo Wardoyo, (lahir di Solo, 30 November 1967; umur 49 tahun) adalah pengusaha pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wongsolo dari kota Solo. Puspo Wardoyo sempat menjadi PNS yaitu guru seni di SMA Negeri 1 Muntilan. Namun Puspo Wardoyo memilih mengundurkan diri karena ingin menjadi pengusaha. Puspo Wardoyo mulai berprofesi sebagai penjaja makanan dan dicibir oleh temannya. Suatu waktu, temannya yang berjualan bakso di Medan pulang ke Solo, sang sahabat menyarankan agar ia pindah berjualan ke Medan. Prospek bisnis rumah makan di kota itu sangat baik, kata sang teman. Ia tertarik dengan ajakan kawannya itu. Untuk mendapatkan modal, ia kembali menjadi guru, kali ini SMU di daerah Bagan Siapi-api, Riau. Warung makan miliknya ia tinggalkan. Puspo mempercayakan pengelolaan warungnya pada seorang kerabat. Selama 2 tahun mengajar, 1989-1991, terkumpul uang sekitar Rp 2.400.000. Dengan uang itu ia membeli motor dan sewa rumah kontrakan. Sisanya sekitar Rp 700.000 dipergunakan untuk modal jualan ayam bakar. Puspo lantas membuka warung kaki lima di daerah Medan Polonia, Medan. Usahanya tidak sia-sia. Pelan tapi pasti usahanya berkembang. Pegawainya pun bertambah.

Kemampuan meracik dan meramu masakan didapatnya sewaktu bekerja membantu ayahnya berdagang. Kemampuannya ini terus diasahnya sampai sekarang. Hasilnya di Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo sekarang telah ada 50 menu. Jumlah gerai RM Ayam Bakar Wongsolo sudah lebih dari 100 outlet yang tersebar diantaranya di Medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang, Yogyakarta dan mulai merambah Sulawesi. Usaha yang berawal dari Ayam Bakar Wong Solo kaki lima di Jalan SMA 2 Padang Golf Polonia Medan ini juga berhasil membuka 5 outlet di Malaysia.

(Source: Wikipedia.org)